
Fadli — begitulah orang-orang memanggilnya. Ia merupakan pemuda asli dari tanah Ciloang yang bekerja untuk Rumah Dunia. Awal mulanya, ia merupakan pekerja di rumah ibu mas Gol A Gong, namun setelah kepergian Ibunda, ia ditawari oleh Mas Gol A Gong untuk bekerja membantu Rumah Dunia. Sehari-hari ia bekerja untuk menyapu, mengepel, dan merapikan area di sekitar Rumah Dunia.

Dengan upah yang tak seberapa, Fadli masih bisa menabung dan memberikan beberapa bagian dari gajinya untuk ibu tersayang. Dalam satu moment, Fadli pernah bercerita tentang kekasih idamannya yang ada di kampung sebelah — Tegal Duren. Naasnya, kisah Fadli tak semulus aspal di jalan tol, ia harus ikhlas merelakan sang perempuan karena keterbatasan ekonomi.
Selain itu, Lelaki yang kerap disapa Kang Fadli, disela-sela waktunya mengurus Rumah Dunia, ia aktif juga sebagai remaja masjid. Setiap malam Jum’at, pria dengan perawakan kurus tersebut biasanya keliling surau untuk Marhabanan, tradisi membaca barjanji atau shalawatan. Ia juga sering menjadi andalan orang-orang di sekitar rumah untuk membantu berbagai kegiatan, seperti PHBI, gotong royong, baca rawi, dan sebagainya.

Walau umurnya sudah memasuki kepala empat, ia masih terlihat sangat muda. Hemat saya, hal tersebut terjadi karena aktivitas harian yang tak lepas dari keringat. Ya, beliau bekerja dari pagi hingga sore dengan fisik sehingga menjadi olahraga harian. Lebih jauh, Kang Fadli selalu bisa berjalan dengan senyuman khas, gurat wajahnya tak pernah menunjukan sisi lemah atau masalah.

