
Saya tak pandai menulis puisi dan sudah lama juga tak menulis karya lainnya. Tapi hari ini saya ingin sekali menulis untuk Abdul Salam.
Kularungkan Semacam Puisi
–Kepada Abdul Salam HS
Oleh Endang Rukmana
Dulu sekali kita adalah kanak-kanak yang sama, berlarian di sepanjang pesisir pantai itu seraya berkicau tentang dunia dan mimpi-mimpi tak bertepi, ah tentu saja tentang perempuan-perempuan yang kita gandrungi. Deburan ombak menjamah kaki-kaki kecil kita, membisiki ruang-ruang di hati, melahirkan cerita dan puisi.
Musim bergulir cepat. Tanpa kusadari kau telah menjelma ombak besar. Sementara aku masih kanak-kanak itu yang sesekali rindu suasana pantai. Tanpa jemu kau datang menyapa, menyapu hati kami yang compang-camping disesaki luka-luka dan limbah peradaban.
Musim kembali bergulir terlalu cepat. Pagi ini tetiba Laut mengabari, ombakmu telah mencapai keabadian. Meninggalkan gosong yang panjang dan menyesakan.
Kulanjutkan langkah kakiku di sepanjang pantai, sesekali menepi dan menyapukan pandangan ke batas cakrawala. Sebelum akhirnya kularungkan semacam puisi ini, menggapai tempatmu yang abadi.
Serang, 30 Desember 2024
*) Endang Rukmana adalah relawan Rumah Dunia angkatan pertama (2002), menulis beberapa novel, dan menerima UNICEF Award for Indonesian Young Writer






