
Saat mengumpulkan foto-foto ini, banyak sekali yang ingin saya tuliskan tentangnya. Seperti menarik kenangan yang berlompatan, tumpang tindih, cerita ini dan itu yang berhamburan dan tumpah.
Nyatanya, tiba-tiba, jari jemari ini terdiam sesaat. Engak tahu harus mulai menulis apa. Saya baca lagi postingan Mas Gong pagi tadi, dan teman-teman khususnya di Komunitas Rumah Dunia. Benar beritanya, duka cita di mana-mana.

Dia, Abdul Salam, Presiden Rumah Dunia, di tahun 2017 lalu adalah orang yang paling berjasa dalam penerbitan buku puisi tunggal pertama saya, “Hujan Kau Selalu Begitu”, mulai dari editor, pembuatan cover, diskusi ini itu, hingga buku diluncurkan dan di bedah di Rumah Dunia, Serang, Banten, dalam rangkaian perayaan Hari Buku Dunia.


Buku antologi cerpen “Sobekan Cermin” juga demikian. Kami berproses hingga bedah buku dilaksanakan pada perayaan WBD 2018. Seingat saya, kami terakhir bertemu tahun 2023 lalu, saat @penyairperempuanindonesia mengadakan acara di Rumah Dunia dalam rangkaian “Pulang ke Kampung Tradisi” ke Badui.

Saya merasa kehilangan mendengar kabar duka hari ini. Nama Kang Salam tidak bisa saya tanyakan lagi saat saya ke Rumah Dunia nanti, di antara nama-nama relawan lainnya yang ramah dan penuh kehangatan.

Terima kasih, Kang Salam. Selamat jalan…
Duka cita mendalam, peluk sayang untuk @diofanny31 dan Ozora. Sabar dan ikhlas senantiasa untuk kehilangan ini 🤗🤗🤗
*) Jauza Imani – relawan Rumah Dunia angkatan 2015, domisili di Lampung



