
Oleh: Vivi Intan Pangestuti
Senang sekali rasanya bisa terlibat dalam acara Detik Akhir Detik Awal Rumah Dunia yang selalu diadakan setiap menjelang pergantian tahun. Terlebih, saya adalah penyandang disabilitas netra yang baru pertama kali ikut kepanitiaan kegiatan komunitas luring. Di sini, saya diberi kesempatan untuk menjadi penjaga stan presensi tamu undangan. Saya tidak dibiarkan sendiri, tetapi dibantu oleh beberapa panitia lain.
Uniknya, setelah para tamu undangan menulis presensi, mereka diminta untuk menuliskan ekspresi 2024 dan resolusi 2025 dengan spidol di banner yang telah disediakan panitia.

Sesi sore diisi dengan talk show bersama Forum Anak Kota Serang. Salut sekali mendengar mereka yang masih duduk di bangku SMK, tetapi sudah aktif berorganisasi dan berani menyampaikan aspirasi. Selain itu, ada juga talk show bersama Ulhiyati, penerima beasiswa KIP Kuliah, dan Zulfa, penerima beasiswa Baznas. Kegiatan ini dihadiri oleh anak-anak yang antusias menyimak para narasumber.

Seharusnya, sesi malam diisi dengan beberapa kegiatan literasi dan hiburan-hiburan. Namun, H-1 sebelum acara, kami mendapat kabar bahwa Presiden Rumah Dunia, Kak Abdul Salam HS, telah berpulang. Mulanya, susunan acara sudah kami rencanakan agar semeriah mungkin. Akan tetapi, siapa sangka duka tiba-tiba datang menyelimuti kami?
Maka dari itu, susunan acara pun diubah menjadi sesi mengenang Kak Abdul Salam. Hiburan yang awalnya direncanakan diganti dengan para penampil yang menyanyikan lagu-lagu secara akustik, diiringi gitar dan keyboard. Meski situasi sedang berkabung, bukan berarti acara tahunan ini tidak jadi dilaksanakan. Acara tetap menarik dengan konsep yang berbeda dari biasanya.

Ketika kehilangan seseorang, bukan berarti kita berhenti melangkah. Hidup harus tetap berjalan, dan kita harus mengikhlaskan yang telah pergi. Perpisahan adalah hal yang pasti terjadi setiap kali ada pertemuan. Tetaplah melangkah untuk menjemput kebahagiaan yang sudah menunggu di depan sana.
