Oleh: Justicia-Relawati Rumah Dunia

Detik Awal Detik Akhir (DADA) telah menjadi kegiatan tahunan rutin Rumah Dunia di setiap penghujung tahun. Sebagai seseorang yang baru bergabung dengan Rumah Dunia tahun ini, aku sangat menantikan acara ini. Banyak agenda menarik yang tersusun, dan tahun ini bertepatan pula dengan momen pergantian presiden Rumah Dunia.

Ka Salam, yang saat itu menjabat sebagai Presiden Rumah Dunia periode 2019–2024, adalah sosok yang sangat terbuka dalam menyambut kehadiranku sebagai pendatang baru. Obrolan dengannya terasa begitu tulus, menjalin hubungan baik bukan sekadar basa-basi.

Bukan hanya Ka Salam, istrinya, Ka Dio, juga tak kalah ramah dan hangat. Sejak pertemuan pertama itu, kedatanganku ke Rumah Dunia sering kali bertujuan untuk bertemu mereka. Tahun ini, acara DADA menjadi pengalaman tahun baruan pertamaku di Rumah Dunia. Aku berusaha ikut terlibat dalam mempersiapkan acara, agar semuanya berjalan sesuai rencana. Mungkin kontribusiku tak begitu tampak dibandingkan dengan panitia lain, karena aku lebih memilih bekerja di balik layar—sesuatu yang lebih personal bagiku.

DADA bukan hanya sekadar acara perayaan, tetapi juga momentum untuk refleksi diri menjelang akhir tahun, serta menyusun revolusi pribadi untuk tahun mendatang. Dalam pertemuan singkatku dengan Ka Salam, beliau memberikan dampak yang besar bagi kehidupanku, baik secara pribadi maupun dalam bersosialisasi—khususnya sebagai bagian dari komunitas ini.

Seorang temanku, Bella, yang merupakan anak dari pendiri Rumah Dunia, pernah berkata kepadaku, “Nggak ada orang lain, selain Ka Salam, yang cinta banget sama Rumah Dunia.” Awalnya, aku tak sepenuhnya memahami maksudnya, karena aku belum terlibat secara langsung. Namun, setelah menyelami kehidupan di dalamnya dan bertemu langsung dengan orang-orang di Rumah Dunia, aku sepenuhnya setuju tanpa ragu. Dedikasi Ka Salam bagi keberlangsungan Rumah Dunia—dengan dukungan para relawan lainnya—adalah cerita yang tak bisa dipisahkan dari perjalanan panjang komunitas ini.

Tidak ada manusia yang sempurna, namun kelemahan seseorang seharusnya tak membutakan mata dan hati kita untuk melihat kebaikan yang telah ia lakukan. Perspektif kita dalam memandang dunia sangat memengaruhi cara kita menilai seseorang. Ka Salam adalah orang baik. Titik. Kelebihannya adalah anugerah, dan kekurangannya adalah bukti bahwa ia manusia, sebagaimana kita semua, makhluk hidup yang tak luput dari khilaf.

Akhir tahun 2024 ini membawa duka yang mendalam. Di masa akhir kepemimpinannya sebagai Presiden Rumah Dunia, Ka Salam juga menyelesaikan tugasnya sebagai pemimpin rumah tangga dan pemimpin bagi dirinya sendiri. Semua tugas itu selesai bersamaan, meninggalkan kesedihan yang dirasakan oleh seluruh komunitas Rumah Dunia.

Diiringi linangan air mata dan lantunan doa, semua merasa kehilangan sosok yang begitu berpengaruh di sini. Yang menarik adalah, dalam setiap kenangan yang diceritakan oleh mereka yang merindukannya, selalu muncul hal-hal baik tentang Ka Salam—tentang kebaikan dan dedikasinya.

Aku banyak belajar dari Rumah Dunia, terutama dari Ka Salam. Ia adalah pribadi yang memberikan dampak baik kepada orang-orang di sekitarnya, bukan hanya semasa hidup, tetapi juga setelah kepergiannya. Melihat masa depan, aku berharap bisa menjadi pribadi yang lebih bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan. Memberikan dampak positif yang berkelanjutan, sebagaimana Ka Salam telah menginspirasi banyak orang untuk terus berbuat baik.

Aku belajar untuk lebih ikhlas, tulus, dan sabar dalam menghadapi keadaan. Tidak mudah mengeluh atas apa yang dijalani dan diusahakan. Semoga kebaikan, ilmu, dan segala hal baik yang diberikan oleh Ka Salam, baik melalui diskusi maupun karyanya, menjadi ladang amal jariyah yang terus mengalir untuknya.

Please follow and like us:
error69
fb-share-icon0
Tweet 5