Oleh Saepur Rohman

Saya hanya punya kenangan sedikit tentang Enek. Pada tahun 2018, saya pernah mengangkat kursi roda Enek dan mendorongnya menuju pelataran rumah. Tidak ada obrolan sama sekali.

Pada awal tahun 2022, saya tidak melihat Enek di rumah Mas Gong—ternyata Enek diurus oleh Kang Gosal, adik Gol A Gong. Menurut keterangan kondisinya sudah sangat memprihatikan.

Beberapa waktu lalu, saya mendengar ibu-ibu sedang membaca Yasin di rumah Kang Gosal, saya sedikit kaget—apakah itu kabar kematian? Ternyata bukan.

Pada 10 Juli 2022, tepatnya Hari Raya Idul Adha, saya dititipi dua paha kambing oleh salah satu warga Hegar Alam. Entah, apakah itu betulan Enek suka dengan paha kambing? Saya tidak tahu pasti.

Yang jelas, dua paha kambing itu saya berikan kepada Kang Gosal. Tidak ada lagi hal yang berkaitan dengan Enek—itu karena saya baru menjadi relawan Rumah Dunia.

-00-

Gol A Gong, tepat dua hari keberangkatannya ke Maluku sempat berbincang dengan para relawan yang berkaitan dengan Enek. Nampaknya, dia sudah punya firasat bahwa ibunda tercinta akan menghadap Sang Pencipta.

Tapi, Gol A Gong tetap melaksanakan tugasnya (berjihad) di jalan Allah—terus berdakwah tentang literasi. Menurut keterangannya, Pemprov Maluku sudah menganggarkan untuk keberangkatannya.

Rasa-rasanya berat sekali. Saya pernah ada di posisi Gol A Gong. Saat itu, saya sedang di Baduy—penelitian dengan Ade Jaya Suryani—tiba-tiba handphone saya mendapat panggilan belasan kali. Teteh menyuruh pulang.

Tapi beruntungnya saya masih bisa melihat ibu untuk terakhir kalinya bersemayam di kubur. Dan saya juga yang mengumandangkan adzan untuk terakhir kalinya.

Saya rasa, Gol A Gong sangat berat dalam kondisi seperti ini. Dia mengalami dilematis antara pulang atau tetap berdakwah untuk menyebarkan nilai-nilai agama, yaitu membaca. Tapi entahlah, Gol A Gong pasti sudah punya prinsip kuat.

-00-

Selepas Isya, tepatnya pukul 19:45 WIB, 19 Juli 2022, Enek pergi untuk selama-lamanya. Gol A Gong, di WAG mengabarkan kepada relawan untuk membantu apa saja yang diperlukan.

Saya dan Naufal bergegas menuju rumah Kang Gosal. Saya bantu angkat Enek, kaki Enek masih hangat. Selepas mengangkat Enek, saya pimpin baca Yasin untuk pertama kalinya.

Selepas membaca Yasin, saya bantu memasang lampu, membeli kamper, peniti, dan kertas kuning. Kemudian, memasangkan bendera kuning bersama Naufal.

Walaupun nanti pagi pukul 06:00 WIB saya akan berangkat ke Hotel Ibis Serpong utusan IKAPI Banten, saya sempatkan untuk menjaga Enek sampai pagi ditemani Naufal dan Arif.

Tidak ada kenangan yang bisa saya tuliskan banyak. Kebaikan Enek adalah melahirkan Gol A Gong (guru saya)—hanya itu yang bisa saya lakukan untuk terakhir kalinya, barangkali itu bisa disebut sebagai bakti.

Semoga Allah mengampuni Enek dan Enek di tempatkan di surga-Nya. Aamiin. 

Please follow and like us:
error69
fb-share-icon0
Tweet 5