
Oleh: Naufal Nabilludin
Semalam, saya menonton sebuah tayangan menarik di Kick Andy yang menghadirkan Prof. Stella Christie, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains & Teknologi. Judul sesi tersebut cukup menggelitik: “Otak VS AI.”
Di sana, Prof. Stella menyampaikan sesuatu yang membuat saya terpantik.
Saat ini, manusia sudah kalah dalam beberapa bidang dibandingkan AI dan teknologi, salah satunya adalah memori dan tabungan pengetahuan.
Pernyataannya langsung membuat saya merenung. Memang benar, manusia tidak dirancang untuk menyimpan banyak informasi sekaligus. Sementara AI, dengan kapasitas memorinya yang nyaris tanpa batas, bisa menyimpan data dan mengaksesnya kapan saja dengan cepat.
Namun, Prof. Stella juga menegaskan bahwa teknologi hanyalah alat (tools) yang dibuat untuk membantu manusia menjalani hidup dengan lebih efisien. Kuncinya, kata beliau, ada di bagaimana kita sebagai manusia memanfaatkannya.
Kalau kita bijak memanfaatkan teknologi dan AI, maka manusia tidak akan terkalahkan. Tapi jika kita gagal menggunakannya dengan benar, kita justru akan kalah oleh alat
Pernyataan ini membuat saya teringat tentang konsep yang saya bahas beberapa minggu lalu: bank ide dan second brain. Dua hal ini adalah contoh bagaimana kita bisa memanfaatkan teknologi untuk mendukung kehidupan kita, terutama di tengah arus informasi yang sangat deras seperti sekarang.

Second Brain: Solusi untuk Ingatan yang Terbatas
Dalam tulisan sebelumnya, saya membahas tentang bank ide—tempat untuk menyimpan semua ide yang muncul, sekecil apa pun. Saat itu, saya juga sempat menyinggung sedikit tentang konsep second brain atau otak kedua.
Second brain adalah sistem atau alat yang dirancang untuk membantu kita mengelola informasi, ide, dan tugas-tugas. Ini bisa berupa aplikasi digital seperti Notion, Obsidian, atau bahkan buku catatan analog. Intinya, second brain ini membantu kita mengorganisir segala hal, sehingga kita tidak perlu sepenuhnya bergantung pada memori otak yang sering kali terbatas.
Seperti yang dikatakan Tiago Forte dalam bukunya Building a Second Brain:
Your brain is for having ideas, not holding them.
(Otakmu diciptakan untuk menghasilkan ide, bukan untuk menyimpan ide.)
Bayangkan otak kita seperti komputer dengan RAM terbatas. Jika terlalu banyak tab yang terbuka—pekerjaan, tugas rumah, ide proyek, atau hal-hal lainnya—kinerja otak kita akan melambat. Bahkan, bisa saja “crash” karena kelebihan beban. Di sinilah second brain berperan. Dengan second brain, kita bisa menyimpan semuanya di satu tempat, membebaskan otak untuk fokus pada kreativitas dan pengambilan keputusan.
Bagaimana Second Brain Membantu?

Second brain bukan hanya tempat penyimpanan informasi, tapi juga alat untuk mengorganisir hidup yang sering terasa berantakan. Salah satu metode yang direkomendasikan oleh Tiago Forte adalah metode PARA:
- Projects: Hal-hal yang sedang kamu kerjakan sekarang.
- Areas: Bidang-bidang yang kamu kelola secara konsisten, seperti kesehatan, karier, atau keuangan.
- Resources: Materi atau referensi yang mendukung pekerjaan atau minatmu.
- Archives: Informasi yang sudah selesai atau tidak aktif lagi, tapi tetap ingin disimpan.
Dengan sistem ini, kita bisa memisahkan mana yang penting untuk sekarang dan mana yang bisa disimpan untuk nanti. Informasi jadi lebih terstruktur, dan kita tidak lagi merasa kewalahan.
Bagaimana Saya Memulai Second Brain

Saya pribadi memulainya dengan aplikasi sederhana seperti Google Keep. Setiap kali ada ide, sekecil apa pun, saya langsung mencatatnya. Ide tulisan, daftar tugas, atau bahkan kutipan inspiratif dari buku dan artikel, semuanya saya masukkan ke bank ide saya.
Setelah itu, saya mulai menggunakan aplikasi seperti Notion untuk mengelola informasi dengan lebih rapi. Di sana, saya menyusun kategori berdasarkan proyek yang sedang saya kerjakan, artikel yang ingin saya baca, atau referensi untuk masa depan. Kalau kamu tipe yang lebih suka analog, jurnal atau buku catatan juga bisa jadi pilihan.
Intinya, second brain tidak harus sempurna dari awal. Seperti yang Tiago Forte katakan:
Start small, but start now. Your Second Brain will grow with you as you use it.
(Mulailah dari yang kecil, tapi mulailah sekarang. Second brain-mu akan berkembang seiring dengan penggunaannya.)
Kolaborasi Manusia dan Teknologi
Second brain adalah contoh sempurna bagaimana teknologi bisa menjadi partner, bukan ancaman. Dengan memanfaatkan alat ini, kita bisa mengelola hidup dengan lebih baik dan memastikan tidak ada ide atau informasi penting yang hilang.
Seperti yang dikatakan Prof. Stella Christie, manusia tidak akan tergantikan oleh teknologi. Tapi, untuk tetap unggul, kita perlu beradaptasi dan memanfaatkan teknologi dengan bijak. Jadi, daripada merasa kewalahan oleh banyaknya informasi, kenapa tidak mulai membangun second brain-mu hari ini?
Entah itu menggunakan aplikasi seperti Notion, Obsidian, atau bahkan hanya catatan di ponsel, yang penting adalah konsistensi. Jangan biarkan ide-ide berharga itu hilang begitu saja. Siapa tahu, ide kecil yang kamu simpan hari ini bisa menjadi karya besar di masa depan.

