
Oleh: Naufal Nabilludin-Relawan Rumah Dunia
Persiapan acara Detik Akhir Detik Awal Rumah Dunia 2024 kemarin membawa saya pada perasaan dejavu yang begitu mendalam, sekaligus membuat hati saya terharu. Ingatan saya kembali ke tahun 2022, ketika pertama kali menjadi relawan di Rumah Dunia. Saat itu, kegiatan pertama saya adalah membantu mempersiapkan acara ulang tahun Rumah Dunia.
Saya masih ingat betul, sehari sebelum acara kami sibuk dengan berbagai persiapan: mencatat kebutuhan acara, meniup balon, menyebar flyer ke anak-anak, membungkus hadiah dan snack, hingga memastikan semua detail kecil sudah rapi. Saat itu, saya adalah “anak bungsu”—relawan termuda di antara yang lain. Relawan-relawan senior waktu itu saya anggap seperti abang dan teteh, yang selalu membimbing dan menemani saya.


Namun, waktu terus berjalan. Mereka yang dulu berdiri di samping saya kini sudah menempuh jalan hidupnya masing-masing. Ada yang merantau ke luar negeri, ada yang melanjutkan pendidikan ke jenjang S2, ada pula yang kini meniti karir sebagai pengacara, dan masih banyak lagi. Meski kami tidak lagi selalu bersama, kenangan itu tetap membekas di hati.
Dari “Adik Bungsu” Menjadi “Abang”
Kemarin, saat saya mempersiapan acara Detik Akhir Detik Awal, saya menyadari sesuatu yang menyentuh hati. Kali ini, saya yang dianggap sebagai “abang” oleh relawan-relawan baru. Sebagian besar dari mereka adalah anak-anak kelahiran 2005. Kini giliran saya yang menjadi tempat mereka bertanya, mencari arahan, dan mungkin—sedikit banyak—berharap bimbingan.



Hidup ini memang seperti roda yang terus berputar. Selalu ada yang datang dan ada yang pergi. Dulu, saya adalah anak bungsu yang belajar dari para senior. Sekarang, saya berada di posisi mereka, mencoba melakukan hal yang sama untuk adik-adik relawan baru.
Namun, ada satu tradisi yang tak pernah berubah sejak Rumah Dunia didirikan pada awal tahun 2000-an: tradisi makan bersama, yang kami sebut gonjlengan. Duduk melingkar, di atas alas daun pisang, kami menikmati hidangan yang telah disiapkan bersama-sama.


Sebelah kiri foto ketika persiapan ulang tahun Rumah Dunia Maret 2022, sebelah kanan persiapan acara Detik Akhir Detik Awal Desember 2024.
Tapi gonjlengan bukan sekadar makan—lebih dari itu, momen ini adalah ruang untuk berdiskusi, berbagi pengalaman, dan mempererat kebersamaan. Ada sesuatu yang hangat dan sederhana dalam tradisi ini, yang selalu mengingatkan kami akan esensi dari komunitas ini: keluarga, kebersamaan, dan saling mendukung.
Janji yang Tertunda: Liburan Bersama
Satu hal lain yang selalu saya ingat dari masa awal saya menjadi relawan di Rumah Dunia adalah tradisi liburan setelah kegiatan. Dulu, selesai acara besar, kami sering mengisi waktu dengan berlibur bersama. Entah itu jalan-jalan ke pantai, mendaki bukit, atau sekadar menikmati alam dan berbagi tawa. Liburan sederhana itu adalah momen yang membuat hubungan kami semakin erat—dari sekadar rekan menjadi keluarga kecil.


Momen liburan setelah kegiatan di Rumah Dunia. Kami bergegas menuju Pandeglang untuk menikmati pemandian air panas
Namun, saat ini, sebagai abang bagi relawan-relawan baru, saya merasa ada hal yang belum sempurna. Belum ada waktu untuk mengajak mereka berlibur seperti dulu saya diajak oleh senior Rumah Dunia. Kadang, saya merasa bersalah. Bukan karena tradisi itu harus dilaksanakan, tetapi karena saya tahu betapa berharganya waktu bersama di luar kegiatan.
Hidup ini mengajarkan banyak hal. Salah satunya adalah tentang memberikan apa yang dulu kita terima, meski terkadang tidak semua bisa kita lakukan secara sempurna. Saya ingin mereka juga merasakan momen-momen sederhana yang akan mereka kenang sepanjang hidup, seperti yang pernah saya alami dulu.
Saat ini, saya bersyukur masih bisa menjadi bagian dari Rumah Dunia, dan berharap bisa terus berkontribusi, meski seiring waktu peran saya mungkin akan kembali bergeser.


