
Oleh: Muhzen Den
Aku merasa senang menikmati proses mencerna informasi dengan cara membaca buku. Buku kali ini yang aku lahap dalam tempo terbilang singkat (dua hari) adalah karya Sinta Yudisia Wisudanti berjudul Sebuah Janji. Pada saat melihat cover buku ini, entah mengapa aku tertarik untuk langsung membacanya. Tanpa basa-basi, aku baca halaman tiap halaman ceritanya.
Aku sebenarnya penasaran dengan tema cerita yang diusung dalam novel ini. Selain itu, aku juga sudah lama tidak membaca kembali karya-karya fiksi Islami yang ditulis para penulis–yang notabene anggota komunitas penulis Islam–Forum Lingkar Pena (FLP). Mendengar nama penulis Sinta Yudisia, aku seperti kembali pada masa kejayaan para penulis fiksi Islami awal tahun 2000an, yang digawangi Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, Gol A Gong, Pipiet Senja, dan lainnya, salah satunya penulis novel Sebuah Janji ini.

Tanpa disadari aku juga termasuk salah satu pembaca terpengaruh dengan bacaan-bacaan karya para penulis FLP, yang menyentuh, Islami, pesan moral, pertaubatan tokoh, dan lainnya. Begitu juga dengan buku novel ini, yang secara usia sudah hampir 20 tahun, dan aku mendapatkannya seperti menemukan harta karun dengan kenangan manis terhadap literasi bacaan fiksi Islami yang berkelebat di pikiran.
Novel Sebuah Janji ini bercerita tentang pertemuan dua tokoh berpengaruh, yakni Tuqluq Timur Khan (sang kaisar negeri Mongolia) dengan Ulama Syekh Jamaluddin (seorang pengelana yang membawa dakwah Islam). Sebagai keturunan langsung kaisar sebelumnya, Jengiz Khan, Tuqluq Timur Khan merasa gundah dengan apa yang telah ia perjuangkan demi menyatukan Kekaisaran Mongolia, yang terpecah belah sejak dibagi kekuasaan antar keturunan Jengiz Khan.
Dari situ, Timur Khan seperti menemukan sosok pribadi yang menenangkan pada Syekh Jamaluddin. Dua hati ini saling bertemu dan membicarakan hal mulia. Tuqluq Timur Khan berjanji akan bertemu lagi dengan Syekh Jamaluddin jika sudah menyatukan semua negeri kekuasaan Kaisar Mongolia dan mengikuti ajaran Syekh Jamaluddin.

Singkat cerita, Kaisar Tuqluq Timur Khan berhasil menyatukan negeri kekuasaan Mongolia dalam satu naungan kekaisaran. Dia merasa orang-orang terdekatnya seperti memanfaatkan sesuatu hanya untuk jabatan dan kekuasaan. Timur Khan merasa orang terdekatnya tidak mempercayainya secara sungguh-sungguh. Di sisi lain, Timur Khan juga punya tiga keturunan dan pewaris tahta kekaisarannya, yakni Takudar, Arghun, dan Buzun. Namun, perpecahan dimulai saat Timur Khan mengumpulkan tiga anaknya untuk membicarakan tahta kaisar dan masa depannya.
Pangeran Takudar tampak bijak dan paham menanggapi pertanyaan ayahnya, Pangeran Arghun tampak ambisius untuk tetap melebarkan kekuasaan Mongolia, dan Pangeran Buzun lebih tenang dan arif karena tidak berniat duduk sebagai kaisar. Ketiga anaknya yang memiliki karakter berbeda membuat kaisar harus berpikir keras.

Namun, di sisi lainnya, Albuqa Khan tengah merencanakan kudeta atas tahta kekaisaran. Pada malam perayaan lampion, istana diserang pengkhianat dan terjadi pertempuran hebat. Kaisar dan Permaisuri terbunuh. Pangeran Takudar harus pergi dari istana untuk menghindari dicap pengkhianat. Tahta kaisar kosong, dan diisi Arghun atas andil Albuqa Khan yang sudah direncanakan. Dalam pelarian Takudar bersama dayang istana, Ying Chin, mereka mengalami berbagai ujian.
Sampai akhirnya, mereka bertemu dengan dua orang alim, Koja Amir dan Salim. Takudar sudah tidak bisa lagi ke istana karena kekaisaran sudah dikuasai para pembelot. Sementara dia punya pesan dari almarhum ayahnya untuk menemui seseorang alim.
Tanpa dinyana, Takudar sebenarnya telah bertemu dengan orang yang dimaksud ayahnya, yaitu Salim alias Rashiduddin. Janji mulia pun tercapai. Apakah janji itu? Akhir cerita ini buat pembaca penasaran jika baca novel ini.
Aku berharap akhir cerita novel Sebuah Janji ini berlanjut dengan bahagia. Namun, Sinta Yudisia sengaja tidak melanjutkan cerita sampai pada pertempuran atau perebutan kembali tahta kaisar, melainkan membiarkan pembaca dibuat menggantung. Ah, nelangsa!

Judul Novel: Sebuah Janji
Penulis: Sinta Yudisia W.
Penerbit: Gema Insani
Tebal: 324 halaman
Cetakan: 2005


