
Setiap saya datang ke sebuah kota di Indonesia, bahkan sekelas kabupaten, saya selalu sedih saat membandingkannya dengan Kota Serang, kampung halamannku. Saya berani bertaruh, Kota Serang adalah ibu kota provinsi paling buruk se-Indonesia. Mulai dari pengaturan lalu-lintasnya, tata kotanya, saluran airnya, trotoarnya yang dipenuhi kaki lima, dan kota yang tidak jelas identitasnya. Apalagi Kabupaten Serang juga masih belum menyesuaikan diri.

Pasar Rawu kumuh
Kita mulai dari pasar Rawu yang kumuh luar biasa. Amburadul. Apakah itu ceminan dari karakter masyarakatnya? Padahal motto Provinsi Banten itu: Iman dan Taqwa. Pasar Rawu yang lebih pantas disebut sebagai “tempat sampah terbesar” di Banten ketimbang pasar mesti diremajakan dan ditata lagi. Cobalah Gubernur Banten terpilih di Pilgub 2024 studi banding ke pasar-pasar di Jakarta.

Alun-alun Kota semrawut
Alun-alun kota Serang juga semrawut. Jika muncul dari arah timur, tidak bisa terus tapi belok kiri dan nanti “tabrakan” dengan pengguna jalan dari arah selatan. Terutama jalan 2 jalur di depan kantor pos, gereja, dan mall jadi satu jalur. Laaah, satu jalur lagi khusus untuk parkir mobil. Pengguna jalan umum seperti aku tidak boleh melintasi jalur itu. Aneh. Bagaimana bisa? Itu kan jalan nasional.

Taman Sari amburadul
Belum lagi Taman Sari. Sama amburadulnya. Jika kita membaca sejarah, di era kolonial, Taman Sari ya taman yang indah. Ada pohon flamboyan dan palem. Tahun 1970 – 1990-an Taman Sari berubah jadi toko-toko kelontong, terminal mobil kecil yang dari arah Ciruas, dan misbar alias bioskop gerimis bubar. Aku sering nongkong di sini. Sekarang Taman Sari amburadul. Sudah jadi ibu kota provinsi tapi perilakunya masih kampung – semua serba ingin dimaklumi.
Baca Mau Beli Ikan di Taman Sari Pindah ke Kepandean Kota Serang
Dua kelas sosial
Aku sendiri secara pribadi setuju jika Taman Sari dibersihkan dari para pedagang yang memakai lahan yang bukan peruntukannya. Saya ingat sewaktu jadi wartawan mewawawancarai Harry Roesli di Bandung. Kata Kang Harry, “Yang menghancurkan Indonesia itu ada 2 kelas sosial. Pertama, kelas yang mentang-mentang kaya, kedua kelas yang mentang-mentang miskin.”
Kelas mentang-mentang kaya, mereka seenaknya menggunakan pengaruhnya, wewenangnya untuk kepentingan keluarganya, kelompoknya, dan golongannya. Kelas mentang-mentang miskin, mereka juga seenaknya melanggar peraruran, menggunakan trotoar, jalur hijau, bahkan badan jalan dengan alasan mencari nafkah untuk keluarga.
Nah, bagaimana nih Wali kota dan Wakil Wali kota Serang terpilih? Mesti koordiasi dengan Gubernur Banten 2024 terpilih, ya.
Tim GoKreaf


