Oleh: Rowan

“Ctak!” Pintu terbuka. Sangat mudah.
Soni menunggu di depan pintu, menjaga keamanan sekitar. Tiga orang saudaranya masuk ke dalam.
“Elu pinter Cep, milih lokasi. Gak sia-sia gua ngerekrut elu setahun lalu.” Bugas menepuk saudara barunya, “Malam ini kita akan berpesta.”

Halilintar Malam adalah kelompok penjahat yang sudah beroperasi sejak lima tahun lalu. Ciri khasnya adalah akan memorak-porandakan seisi rumah.

Bugas, bos geng Halilintar Malam segera mencari kamar tuan rumah. Di lantai satu, ada dua kamar dan keduanya kosong. Menuju ke lantai dua dan ditemukanlah suami istri usia sekitar tiga puluhan duduk ketakutan karena pintunya dibuka dengan kasar.

Bugas segera mengikat tangan dan kaki mereka. Menyumpal mulutnya dengan kain dan menutup kepalanya dengan kantung hitam. “Waktunya berpesta, Tuan dan Puan!” bisik Bugas. Pasangan suami-istri tersebut berteriak-teriak, namun suaranya tidak jelas.

“Bak! Gedebuk!” suara-suara itu mulai bermunculan di rumah ini. Lemari-lemari yang jatuh, kaca yang pecah, dan peralatan yang terbang tak tentu arah. Merampas semua yang berharga. Mereka benar-benar berpesta malam ini.

“ADA POLISIIIIII” Soni berteriak sambil berlari menuju ruang tengah.
Suara sirene memecah langit malam. Mereka tidak sempat melarikan diri. Sudah seyogianya polisi akan menyiapkan kekuatan penuh untuk menumpas geng Halilintar Malam.

“Ada penghianat di antara kita!” kata Bugas dengan mata melotot.
Semua mata menuju kepada Encep, anak baru setahun bergabung.

“Jangan ada yang bergerak atau melawan! Kalian sudah terkepung.” Sahut polisi yang ada di luar pintu utama.
“Dasar penghianat!”
“DOR! DOR! DOR!” Bugas melepaskan pelurunya tepat mengenai kepala Encep. Tiga tembakan, mewakili saudara yang hadir pada pengoperasian malam ini.

Polisi yang mendengar suara tembakan segera memasuki rumah dengan pistol yang siap untuk melepaskan pelurunya. “Letakan senjata kalian!”

Bugas dan saudara-saudaranya meletakkan senjata. Polisi dengan buas membogrol Bugas dan saudara-saudaranya.

Beberapa detik kemudian, Kapten polisi datang, “Lepaskan dia, dia adalah bagian dari kita.”
Soni lalu berkedip kepada Bugas.

*) Penulis mahasiswa tingkat akhir di UNI SMH Banten.

Please follow and like us:
error69
fb-share-icon0
Tweet 5

ditulis oleh

golagong

Duta Baca Indonesia 2021-2025 - Penulis 125 buku - Motivator Menulis - Pendiri Rumah Dunia