Puisi Gol A Gong
BUBUR AYAM BERAS IMPOR

istriku menata dirinya di meja makan
tak ada bedak lipstik bercampur di wajahnya
denting mangkok menusuk hati
mengudara resah ke setiap sudut rumah

sudah enam belas tahun kuingat taplak meja itu
bernoda semangkok bubur ayam
dari beras impor melukai senja istriku
dicampur racun penyedap hidup

istriku tak mengubah letak mangkok berdarah
terhidang di meja makan buram penuh amarah
di depan kami biasa duduk bernanah
tiga kursi ringkih menanti langit memerah

“Mbaknya belum berkabar dari Arab?”
tiga mangkuk bubur ayam rasa pedas diantar

satu mangkuk untukku pecah
satu mangkuk remuk untuk dirinya
satu lagi mangkuk untuk kursi kosong
buah hati kami tak kembali berbuah

kuingat betul di setiap serpihan catatan
irisan ayam kampung di bibirnya yang pucat
sebelum memasukkan paspor berlumpur
ke dalam cita-citanya yang luhur

*) Bandung, 17/7/2014

Puisi “Bubur Ayam Beras Impor” karya Gol A Gong ini sarat akan emosi dan kritik sosial. Dengan penggunaan metafora dan imaji yang kuat, puisi ini menggambarkan kepedihan hidup, kerinduan, dan tekanan sosial-ekonomi yang dirasakan sebuah keluarga.

Penafsiran:

  1. Simbolisme Bubur Ayam dan Beras Impor
    • Bubur ayam dari “beras impor” melambangkan ketergantungan pada sesuatu yang asing, yang justru “melukai” kehidupan lokal. Ini menyindir realitas ketergantungan pada impor, meskipun hal tersebut tidak selalu mendatangkan kebaikan.
    • Racun penyedap hidup adalah kritik terhadap gaya hidup modern yang sering kali terjebak dalam kepalsuan dan ilusi kebahagiaan.
  2. Kerinduan dan Perjuangan
    • “Mbaknya belum berkabar dari Arab?” menyinggung fenomena banyaknya tenaga kerja wanita Indonesia yang pergi ke luar negeri demi mencari nafkah. Kepergian ini menimbulkan kehampaan dalam keluarga, tercermin dari kursi kosong dan mangkuk yang tak terisi.
    • Paspor berlumpur menunjukkan perjalanan yang sulit dan penuh perjuangan, bahkan dalam upaya mengejar cita-cita luhur.
  3. Kritik Sosial dan Kegelisahan
    • Tiga kursi ringkih dan meja makan buram penuh amarah mencerminkan kondisi sosial-ekonomi keluarga yang rapuh. Kehidupan yang mereka jalani penuh ketegangan dan pengorbanan, tetapi sering kali tidak berbuah manis.
    • Ketidakhadiran “buah hati” menyiratkan dampak dari keputusan besar yang memisahkan keluarga, baik secara fisik maupun emosional.

Kesimpulan:

Puisi ini adalah gambaran getir dari perjuangan kelas bawah dalam menghadapi dinamika ekonomi dan sosial. Gol A Gong mengangkat tema keluarga, ketimpangan, dan kehilangan dengan cara yang menyentuh sekaligus mengingatkan akan realitas kehidupan yang sering luput dari perhatian.

Tim GoKreaf/AI

Please follow and like us:
error69
fb-share-icon0
Tweet 5