Oleh Muhzen Den

Pendidikan tidak melulu harus dilakukan ruang kelas. Pendidikan bisa dilakukan di tempat terbuka atau alam sekitar dengan gunung sebagai objek pembelajarannya. Hal itu dilakukan salah satu sekolah alam di Pakopen, Kabupaten Karawang, untuk menuntaskan program kerja sekolah bernama Quantum Leadership dengan mengajak para siswa untuk mencintai alam sekitar. 

Sekolah Alam Inaratul Islam (SAII) bekerja sama dengan Petualang Muslim Indonesia (PMI) sebagai pemandu tur melaksanakan acara Quantum Leadership bertema “Adventure Education for Life Skill and Youth Positive Development” di Gunung Sanggabuana, Desa Mekarbuana, Tegalwaru, Karawang, Kamis-Jumat (23-24/01/25).

Sebelum melakukan pendakian ke Gunung Sanggabuana, para siswa terdiri dari kelas 6 SD dan kelas 9 SMP masih dalam Yayasan Inaratul Islam, dibekali materi manajeman petualangan. Rizky selaku Ketua Harian Petualang Muslim Indonesia menjelaskan bahwa sebelum pendakian kita harus melakukan persiapan matang agar rencana yang kita buat berjalan lancar.

“Sebelum melakukan pendakian, ada dua bahaya yang harus kita ketahui, yakni bahaya subjektif dan bahaya objektif. Bahaya subjektif datangnya dari diri kita, misalnya lupa bawa perlengkapan, merusak alam, kurang latihan, dan lainnya. Bahaya objektif datangnya dari luar diri kita, misalnya bencana alam, hewan buas, dan cuaca yang kurang mendukung,” ujarnya di depan para siswa selaku peserta Quantum Leadership.

Sebelumnya, para siswa sudah dibagi per kelompok terdiri dari empat kelompok ikhwan dan tiga kelompok akhwat berjumlah 50an siswa. Kemudian mereka juga didampingi para guru untuk membimbing mulai dari latihan baris berbaris, buat yel-yel, persiapan perlengkapan, dan lainnya.

Pendakian Dimulai

Pada Kamis pagi (23/01) para siswa kelas 6 SD dan kelas 9 SMP mulai berangkat dari Sekolah Alam Inaratul Islam sekitar pukul 08.00 WIB. Menggunakan tujuh mobil van, para siswa menempuh perjalanan sekitar dua jam ke Desa Mekarbuana sebelum naik gunung. Setelah sampai, mereka harus baris sesuai dengan kelompoknya dan dipandu kakak-kakak PMI. 

Para siswa dibagikan matras per siswa, kompor portable dan panci per kelompok, serta sebungkus makan siang. Sebelum benar-benar mendaki, para siswa dikumpulkan dengan posisi melingkar untuk menyimak instruksi dari kakak PMI. Setelah semua beres, para siswa dipersilakan berangkat menuju Gunung Sanggabuana dengan mengikuti ketua regu dari Petualang Muslim Indonesia.

Perjalanan dari bawah menuju pos satu sebagai tempat kemah memakan waktu sekitar dua jam lebih. Beberapa siswa ada yang mengeluh capek karena beban berat yang dibawa. Namun, kakak PMI memberi waktu pada mereka untuk istirahat sambil mempelajari cara membaca peta lokasi. Setelah itu, para siswa beserta guru pun melanjutkan perjalanan sampai ke pos satu (base camp). Di pos satu, para siswa masih diarahkan kakak PMI mendirikan tenda yang sudah disediakan. Ada satu tenda untuk dua kelompok dan satu tenda lainnya bisa muat lima orang. Pokoknya, para siswa dibuat mandiri di alam bebas.

Ibnu Salam selaku ketua pelaksana Quantum Leadership mengatakan, “Dengan mengikuti kegiatan ini diharapkan para siswa bisa disiplin, mandiri, dan bisa menghargai satu sama lain.”

Merujuk jadwal acara, para siswa selain mendirikan tenda, juga memasak bahan makanan yang mereka bawa untuk makan malam. Dengan sigap, setelah pembukaan acara, para siswa diiringi hujan nan syahdu di Pegununan Sanggabuana memasak nasi liwet, telur, dan rebon menggunakan panci serta kompor gas portable. Para siswa juga tidak lupa melaksanakan salat ashar-magrib di qashar sesuai syariat Islam.

Menjelang malam, para siswa dikumpulkan di lapangan untuk mendengar instruksi panitia dan menunjukkan aksi yel-yel kelompok mereka. Setelah itu, mereka bersiap kembali ke tenda untuk tidur. Karena besok subuh para siswa persiapan bangun subuh dan menujuk pendakian puncak Gunung Sanggabuana.

Jumat (24/01) subuh yang dinanti pun tiba. Setelah salat subuh, para siswa ditemani kakak PMI da para guru mendaki menuju puncak Sanggabuana. Dari pos satu yang berada di sekitar 500an mdpl menuju puncak gunung sekitar 1291 mdpl, banyak rintangan bagi para siswa dan guru. Jalan setapak menuju puncak ada yang landai dan curam harus dilalui, meski harus melawan lelah dan ego diri. Alhamdulillah, semua itu bisa dihadapi dan para siswa beserta kakak PMI dan guru sampai di puncak Gunung Sanggabuana dengan perjalanan tiga jam.

Setelah di puncak, para siswa seolah mendapatkan bayaran setimpal dengan perjuangan mendaki dari bawa ke atas. Para siswa benar-benar mendapat pelajaran dari pendakian ini. Selain mereka harus terus bersama selama perjalanan, juga saling membantu antarteman sehingga keberhasilan menaiki puncak gunung bukan milik seorang, tapi bersama.

Selepas dari puncak, para siswa dan guru berpose di tugu puncak Sanggabuana untuk mengabadikan momen lewat kamera. Sekitar pukul 11 lebih, mereka turun kembali ke pos satu dan bersiap untuk pulang ke rumah.

“Terima kasih kepada anak-anak yang telah mengikuti dan bekerja sama melancarkan kegiatan ini. Intinya, kita bisa kembali dengan selamat dan mendapatkan pelajaran tentang pendakian,” ujar Ibnu Salam menutup acara Quantum Leadership tahun ini.

Please follow and like us:
error69
fb-share-icon0
Tweet 5