
Oleh: Naufal Nabilludin
Terharu. Itu yang aku rasakan setiap kali bertemu dengan orang-orang baik dalam perjalanan. Perjalanan ini bukan hanya tentang tempat yang aku kunjungi, tetapi juga tentang hati-hati yang aku temui.
Sebelum berangkat ke Lombok, aku dibantu oleh Fauzi, teman pertukaran mahasiswa di Gorontalo. Aku menginap di rumahnya selama tiga malam di Bangkalan. Dia bukan hanya menampungku, tapi juga mengajakku berkeliling, mencicipi bebek goreng khas Madura, bahkan menjemputku di Stasiun Pasar Turi dan mengantarku ke Pelabuhan Tanjung Perak sebelum aku berlayar ke Lombok untuk pengabdian Sinesia.
Orang tuanya pun menyambutku seperti keluarga sendiri. Mereka bahkan melarangku membeli makan di luar agar aku bisa menghemat uang untuk perjalanan.





“Jangan beli makan di luar, makan di sini aja. Simpan uangnya untuk di Lombok,” kata orang tua Fauzi dalam bahasa Indonesia yang bercampur dengan bahasa Madura. Ada kehangatan dalam cara mereka mengucapkannya—sebuah perhatian tulus yang membuatku merasa benar-benar diterima.
Setelah pengabdian di Lombok selesai, aku kembali merasakan kebaikan yang sama. Kali ini dari Hilmi, teman pertukaranku di Gorontalo. Ia membantuku mendapatkan tempat menginap di kosan kakak sepupunya yang sedang pulang kampung. Ia juga menemaniku membeli oleh-oleh di pasar dan bahkan membelikanku kaos khas Lombok.
Tak hanya Hilmi, dia juga mengajak saudara-saudaranya, Mbak Tina dan Mbak Dima, untuk menemani kami jalan-jalan. Kami pergi ke Bukit Merese, Mandalika, menyaksikan matahari terbenam yang perlahan tenggelam ke balik cakrawala. Sore itu, hangatnya matahari seolah bersatu dengan hangatnya kebersamaan kami.

Makan pun tidak boleh beli sendiri. Mereka yang menraktir, tanpa boleh ditolak. Aku hanya bisa tersenyum, menahan haru. Kami sudah seperti saudara dekat, meski pertemanan kami dimulai dari perantauan.
“Gak usah gak enakan, biasa saja. Tamu harus dimuliakan,” kata Hilmi. Ucapannya sederhana, tapi bagiku, itu adalah cerminan ketulusan yang luar biasa.

Di sepanjang perjalanan, aku bertemu banyak orang baik. Setiap dari mereka meninggalkan jejak di hatiku, mengingatkanku bahwa dunia ini masih penuh dengan kebaikan yang berserakan di mana-mana—hanya perlu sedikit langkah dan keberanian untuk menemukannya.
Aku mungkin tidak bisa membalas semua kebaikan mereka. Tapi satu yang aku yakini, semoga setiap kebaikan yang mereka berikan akan kembali kepada mereka dalam bentuk yang lebih besar.

Dan aku akan terus berjalan, mencari dan menyebarkan kebaikan yang kutemui di sepanjang perjalanan.

