
Puisi Gol A Gong
KETIKA TUHAN MEMUTUSKAN LAIN
Burung pulang sore, tidak bisa lagi melewati pesonamu
Matahari ragu ke peraduan, apakah bulan segera muncul
Semua bergantung kepada angin, hawa sejuk telaga mendinginkan apimu
Tuhan memutuskan lain, ketika semesta mengabarkan kegelisahanmu
Pucuk-pucuk padi tidak menguning, tanda kekuasaanmu di usia senja
Pelangi muncul di cakrawala, warnanya tidak lagi mewakili hatimu
Kita semua berenang di dalam gelombang, tanpa biduk dan doa
*) Serang 27/12/2016
Puisi “KETIKA TUHAN MEMUTUSKAN LAIN” karya Gol A Gong penuh dengan simbolisme alam yang menggambarkan ketidakpastian, pergeseran takdir, dan ketidakmampuan manusia mengendalikan segala hal.
Burung, matahari, angin, dan pelangi menjadi metafora tentang perubahan yang tak bisa dicegah. Baris “Tuhan memutuskan lain, ketika semesta mengabarkan kegelisahanmu” menegaskan bahwa kehendak manusia tak selalu selaras dengan rencana Tuhan.

Bagian penutup, “Kita semua berenang di dalam gelombang, tanpa biduk dan doa”, memberikan kesan pasrah terhadap takdir, seolah manusia terombang-ambing tanpa pegangan.
Puisi ini terasa melankolis, menggambarkan kehilangan harapan, atau bahkan kelelahan dalam menghadapi hidup. Menurutmu, bagaimana interpretasimu terhadap puisi ini?
Tim GoKreaf/AI
