
Sekarang sudah tidak pusing lagi kalau ingin kuliner sarapan di Kota Serang. Setelah Soto Ayam Lamongan Cak Lek di Kota Serang di depan penjara Magersari, Pocis Pasar Lama, Teras Bamboo di Samsat depan makam Ki Mas Jong Dalung, kini satu destinasi kliner sarapan lagi, yaitu Sarapan di Dapur Sunda Yusuf Martadilaga (Yumaga) Kota Serang.


Tempat ini menyimpan banyak sejarah buat saya karena saya tumbuh di sini, Yumaga Corner. Di sebelah Dapur Sunda itu SMPN 15 Kota Serang. Tahun 1970-1990 masih bernama SKKP (Sekolah Kesejahteraan Keputrian Pertama). Ibu saya, Hj. Atisah Harris, kepala sekolahnya.



Saya sarapan di sini bersama isteri. Sungguh asik. Menu sarapannya beragam; soto ayam, soto daging, ayam goreng, nasi kuning, dan ada sate maranggi. Kami memilih tempat duduk di halaman saja. Di samping kami ada beberapa karyawan Departemen Pekerjaan Umum. Rumah yang dipakai Dapur Sunda ini dulu masuk areal Komplek Kejaksaan. Dulu di rumah ini ada cewek SMA yang sering kami godain. Ke mana ya cewek itu.

Di seberang Dapur Sunda itu Komplek DPU. Di sebelahnya Komplek Guru tempat saya tinggal sejak 1970-1982. Di Yumaga inilah – di salah satu rumahnya yang kini jadi toko Dan Dan, saya jatuh dan tangan kiri harus diamputasi pada 1974.



Sarapan di Dapur Sunda yang penuh kenangan. Sambil makan, saya terus bercerita kepada Tias tentang jalan Yusuf Martadilaga, Kota Serang. Tias meminta saya bertukar tempat. Tadinya saya membelakangi jalan Yumaga. Sekarang saya duduk menghadap jalan Yumaga. Eh, baru ngeh, tukang parkirnya teman kecil. Di sinilah tokoh Roy di novel Balada Si Roy nongkrong. Jalan Yumaga memang ibarat cat walk.
Gol A Gong

