
Emak-emak seminggu ini di aWal Februari 2024, sedang histeris, bukan karena ending film Drama Korea yang tragis tapi karena drama gas elpiji melon. Isteri saya bercerita, bahwa gas elpiji melon (warna hijau ukuan 3 kg) tidak boleh dijual di warung atau pengecer. Di Tangerang ada seorang ibu meninggal ketika antre untuk mendapatkan gas melon. Bu Elly, warung langganan istri juga tidak boleh menjual.
Baca juga di sini: Kota Serang Tidak Akan Bau Sampah Lagi di 100 Hari Kerja Budi Rustandi

“Bu Elly pernah kehabisan gas elpiji melon, dia ngambil ke saudaranya. Tapi saudaranya menolak. Dilarang. Bu Elly harus ke pangkalan,” cerita istri. Harga jadi melambung, dari Rp 23 ribu bisa ke Rp 30 ribu.
Kadang kita sebagai rakyat suka bingung ya, ketika pemerintahan baru bergulir, ada saja kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat. Pelarangan ini juga kemudian diperhalus jadi penertiban. Konon katanya, ini atas inisiatif Mentri ESDM RI, Bahlil Lahadalia bukan atas perintah Presiden RI, Prabowo Subianto. Penertiban ini karena di pengecer sering terjadi gas elpiji melon yang 3 kg jadi 2,5 kg dan harga suka-suka.

Drama gas elpiji ini sampai juga ke telinga Presiden RI, Prabowo Subianto. Selama ini distribusi gas elpiji dari Pertamina, agen, pangkalan, kemudian pengecer. Kini Prabowo menginstruksikan agar warung bisa menjual lagi gas elpiji lagi per-5 Februari 2025. Semoga emak-emak tidak lagi histeris gara-gara drama gas elpiji. Yuk, kita nonton DraKor lagi….
Gol A Gong/ChatGPT


