
Karya Lamya Nufaisah
Duta Puisi Esai 2024 dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
(Pada 20 Agustus 2024, Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan perubahan ambang batas pencalonan kepala daerah. Keputusan ini memicu demonstrasi ribuan mahasiswa di Jakarta pada 21 Agustus 2024. Mereka menuntut keadilan dan transparansi dalam proses pencalonan. Demonstrasi berlangsung di depan Gedung MK dengan pengamanan ketat dari polisi).
oOOo

Bagai bendungan yang jebol oleh gelombang massa
Luapan kekecewaan membanjiri jalanan kota
Di tanah demokrasi yang kian merana
Suara-suara lantang menolak dibungkam tanpa asa
Dirgantara berdiri di antara lautan massa
Bersama ribuan demonstran dari berbagai warna
“Kawal putusan MK!” , seruan membahana
Berbekal semangat dan ilmu, demi demokrasi tercinta
Dari Sabang hingga Merauke bergerak serentak
Menuntut keadilan di tengah birokrasi yang pekat
Plakat-plakat terangkat, suara-suara membahana
Perubahan lahir dari perjuangan yang nyata
Di balik dinding gedung megah nan angkuh
Para pejabat berbisik dalam ruang-ruang yang penuh
Membahas politik kartel dalam cahaya remang
Sementara di luar, rakyat berteriak lantang
Elite politik jauh dari daulat rakyat
Revisi UU Pilkada bak badai yang menyayat
Merajut demokrasi dengan benang-benang kelabu
Menyulam pasal-pasal penuh muslihat yang membelenggu
Aspirasi oligarki kian menggerus
Demokrasi yang dahulu tegak kini mulai lurus
Ibarat kapal tanpa nahkoda di lautan ganas
Menjauh dari rakyat, menempuh arah yang keras
Undang-Undang mereka ubah sesuka hati
Sebaliknya semangat perjuangan tetap abadi
Dalam setiap jiwa masih menyala api
Keinginan untuk bebas dari manipulasi
Sepanjang gas air mata dan meriam air menghantam
Dirgantara dan kawan-kawan tetap teguh, tak akan padam
Meski “perlindungan diri” jadi tameng penguasa
Brutalitas tetap menjadi bahasa mereka yang berkuasa
Pembubaran paksa melahirkan luka menganga
Fisik terluka, tapi jiwa tak akan sirna
Gejolak mahasiswa terus membara tanpa henti
Laksana api abadi yang tak kunjung mati
Aspirasi, mungkin hanya untuk yang berkuasa
Suara rakyat tak bisa disapu begitu saja
Selama ada ketidakadilan di hadapan mata
Perjuangan akan terus membara
UU Pilkada yang mereka rancang layaknya istana pasir
Dibangun di atas pondasi kebohongan dan intrik
Gelombang rakyat menerjang dahsyat
Menghancurkan tembok oligarki yang congkak
Demonstran bukan massa yang berteriak
Justru tsunami kebenaran yang menerjang tanpa gentar
Gas air mata menyatu dalam embun penyemangat
Membasuh ketakutan menjadi keberanian
Brutal? Mereka bilang ini brutal?
Lihatlah cermin sejarah yang tak pernah berdusta
Siapa yang brutal? Rakyat yang menuntut keadilan
Atau hukum yang mencekik leher demokrasi?
Ini bukan tentang satu dua pasal
Tetapi masa depan bangsa yang menjadi taruhan
Bukan persoalan siapa yang berkuasa
Namun kedaulatan rakyat yang mesti ditegakkan
Hingga titik darah penghabisan
Dengarlah, wahai penguasa congkak!
Tsunami rakyat tak akan pernah surut
Semakin kalian bendung, semakin dahsyat gelombangnya
Yang terjadi bukan demonstrasi biasa
Melainkan revolusi kesadaran yang tak terbendung!
Muntok, 23 Desember 2024
Bagai bendungan yang jebol oleh gelombang massa
Luapan kekecewaan membanjiri jalanan kota
Di tanah demokrasi yang kian merana
Suara-suara lantang menolak dibungkam tanpa asa
Dirgantara berdiri di antara lautan massa
Bersama ribuan demonstran dari berbagai warna
“Kawal putusan MK!” , seruan membahana
Berbekal semangat dan ilmu, demi demokrasi tercinta
Dari Sabang hingga Merauke bergerak serentak
Menuntut keadilan di tengah birokrasi yang pekat
Plakat-plakat terangkat, suara-suara membahana
Perubahan lahir dari perjuangan yang nyata
Di balik dinding gedung megah nan angkuh
Para pejabat berbisik dalam ruang-ruang yang penuh
Membahas politik kartel dalam cahaya remang
Sementara di luar, rakyat berteriak lantang
Elite politik jauh dari daulat rakyat
Revisi UU Pilkada bak badai yang menyayat
Merajut demokrasi dengan benang-benang kelabu
Menyulam pasal-pasal penuh muslihat yang membelenggu
Aspirasi oligarki kian menggerus
Demokrasi yang dahulu tegak kini mulai lurus
Ibarat kapal tanpa nahkoda di lautan ganas
Menjauh dari rakyat, menempuh arah yang keras
Undang-Undang mereka ubah sesuka hati
Sebaliknya semangat perjuangan tetap abadi
Dalam setiap jiwa masih menyala api
Keinginan untuk bebas dari manipulasi
Sepanjang gas air mata dan meriam air menghantam
Dirgantara dan kawan-kawan tetap teguh, tak akan padam
Meski “perlindungan diri” jadi tameng penguasa
Brutalitas tetap menjadi bahasa mereka yang berkuasa
Pembubaran paksa melahirkan luka menganga
Fisik terluka, tapi jiwa tak akan sirna
Gejolak mahasiswa terus membara tanpa henti
Laksana api abadi yang tak kunjung mati
Aspirasi, mungkin hanya untuk yang berkuasa
Suara rakyat tak bisa disapu begitu saja
Selama ada ketidakadilan di hadapan mata
Perjuangan akan terus membara
UU Pilkada yang mereka rancang layaknya istana pasir
Dibangun di atas pondasi kebohongan dan intrik
Gelombang rakyat menerjang dahsyat
Menghancurkan tembok oligarki yang congkak
Demonstran bukan massa yang berteriak
Justru tsunami kebenaran yang menerjang tanpa gentar
Gas air mata menyatu dalam embun penyemangat
Membasuh ketakutan menjadi keberanian
Brutal? Mereka bilang ini brutal?
Lihatlah cermin sejarah yang tak pernah berdusta
Siapa yang brutal? Rakyat yang menuntut keadilan
Atau hukum yang mencekik leher demokrasi?
Ini bukan tentang satu dua pasal
Tetapi masa depan bangsa yang menjadi taruhan
Bukan persoalan siapa yang berkuasa
Namun kedaulatan rakyat yang mesti ditegakkan
Hingga titik darah penghabisan
Dengarlah, wahai penguasa congkak!
Tsunami rakyat tak akan pernah surut
Semakin kalian bendung, semakin dahsyat gelombangnya
Yang terjadi bukan demonstrasi biasa
Melainkan revolusi kesadaran yang tak terbendung!
Muntok, 23 Desember 2024

[1] https://nasional.tempo.co/amp/1908923/jalan-keras-kawal-putusan-mk-hingga-gagalkan-dpr-sahkan-revisi-uu-pilkada-berikut-kronologinya
[2] https://www.cnnindonesia.com/nasional/20240826153540-20-1137637/mahasiswa-demo-di-depan-dpr-lagi-kawal-putusan-mk
[3] https://www.tempo.co/politik/bivitri-susanti-pilkada-lewat-dprd-hanya-untungkan-kartel-politik-rakyat-jadi-penonton-saja-1182441
[4] https://uinsaizu.ac.id/pakar-hukum-tata-negara-uin-saizu-revisi-uu-pilkada-dinilai-pembangkangan-konstitusi-dan-penghancuran-prinsip-negara-hukum-1036
[5] https://www.unja.ac.id/oligarki-partai-politik-dalam-pilkada/
[6] https://www.antaranews.com/berita/4283003/demo-mahasiswa-di-dpra-soal-ruu-pilkada-ricuh-polisi-bubarkan-paksa
[7] https://www.balairungpress.com/2024/08/aksi-tolak-pengesahan-ruu-pilkada-dibalas-gas-air-mata/ [8] https://nasional.kompas.com/read/2024/12/07/15301251/mengakhiri-brutalitas-pemilu-lewat-revisi-undang-undang?page=all

Lamya Nufaisah, Duta Puisi Esai 2024 dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, lahir di Muntok, Bangka Barat, pada 26 Juni 2007. Saat ini, ia duduk di bangku kelas 12 SMA Negeri 1 Muntok. Lamya adalah sosok muda yang kreatif dengan hobi membaca, bernyanyi, dan melukis, yang semuanya mendukung kecintaannya pada seni dan sastra. Ia percaya bahwa “Hidup adalah tentang belajar, berbagi, dan menciptakan dampak yang berarti”. Dengan latar belakang budaya yang kaya dari tanah kelahirannya, ia aktif menyuarakan cerita kehidupan melalui puisi esai, sekaligus menginspirasi generasi muda untuk terus berkarya dan mencintai sastra Indonesia.


PUISI ESAI GEN BARU: Puisi Esai Gen Baru ini puisi esai mini 500 kata khusus untuk Gen Z dan Gen Alpha. Disarankan tema-temanya yang relate seperti bully, mental health, patah hati, broken home, sex bebas, dan narkoba. Bagaimana kalau lingkungan, politik, atau kritik sosial ke penguasa? Boleh saja asalkan ada fakta dan sertakan link beritanya. Tuliskan 500 kata. Sertakan bionarasi maksimal 5 kalimat, 2 foto penulis dan 2 ilustrasi AI yang mendukung puisi esainya. Kirimkan ke golagongkreatif@gmail.com dengan subjek: Puisi Esai Gen Baru. Ada honorarium Rp 300 ribu dari Denny JA Foundation bagi yang puisi esainya tayang. Jangan lupa sertakan nomor rekening bank.
