Oleh: Zaeni Boli

Mimpi atau cita-cita adalah pemicu seseorang untuk bekerja dan berusaha lebih giat lagi—hal yang, perlahan-lahan, mulai tidak dianggap penting oleh generasi muda atau yang biasa disebut Gen Z. Memang tidak semua, tetapi ada sebagian anak-anak dari generasi ini yang bahkan tidak memiliki mimpi sama sekali.

Baru-baru ini viral sebuah postingan percakapan sederhana antara seorang ibu dan anak laki-lakinya. Percakapan itu kurang lebih membahas bagaimana jika si anak, hingga dewasa nanti, tidak menjadi apa-apa—apakah ia akan tetap menjadi tanggungan ibunya? Sang ibu berbicara dengan nada sedikit cemas, tetapi dengan entengnya si anak menjawab bahwa tidak masalah jika ia tetap menjadi tanggungan ibunya selamanya. Mentalitas seperti ini menunjukkan sikap yang kurang bertanggung jawab bagi seorang laki-laki dewasa yang masih nyaman berada di bawah ketiak orang tua.

Fenomena ini semakin sering terjadi saat ini. Bahkan, di beberapa sekolah ditemukan bahwa anak-anak usia Sekolah Menengah Atas (SMA) masih bingung dan gagap dalam memilih cita-cita atau menentukan arah hidup mereka. Ini adalah sesuatu yang perlu dikhawatirkan bersama dan harus segera dicari jalan keluarnya, karena situasi seperti ini dapat berdampak negatif bagi bangsa dan negara. Jika dibiarkan, generasi muda yang seharusnya menjadi harapan masa depan bisa terjebak dalam ketidakmampuan serta ketidakpedulian terhadap nasib mereka sendiri.

Salah satu langkah yang bisa diambil adalah terus memberikan inspirasi dan motivasi bahwa hidup harus diperjuangkan. Untuk berhasil, kita membutuhkan kerja keras dan daya juang yang tinggi. Masa depan bukan sesuatu yang diberikan begitu saja di atas meja makan, tetapi harus diperjuangkan dengan kesungguhan dan usaha nyata.

Please follow and like us:
error70
fb-share-icon0
Tweet 5