
Oleh Jordy Alghifari Harris
Awal sebelum aku memberanikan diri untuk pergi merantau, aku memiliki ketakutan yang sangat kuat. Terlintas pikiran dibenakku, apakah aku bisa ngga bertahan hidup di tanah rantau dan apakah aku bisa mendaptkan teman ditanah rantau.



Setiap malam aku overthingking hal itu. Suatu waktu, aku tiba-tiba ingin sekali membaca buku. Aku menanyakan kepada ayahku soal buku yang cocok untuk berani bertahan hidup diperantauan. Ayahku memberikan bukunya, yang berjudul Balada Si Roy.



Aku mulai membaca buku itu selama 2 minggu. Setelah membaca buku ayahku, tiba – tiba perasaanku ingin merantau menggebu-gebu. Dari situlah aku sudah bertekat dan percaya diri untuk pergi merantau sendirian.


Aku sudah 3 tahun merantau di Yogyakarta. Suka, duka, bahagia, dan lain-lainnya sudah aku rasakan selama merantau di Yogyakarta. Di semester 1 awal, aku habiskan masa mudaku untuk bertualang menjelajahi kota Yogyakarta.



Di semester 1 awal inilah aku berkelana menjelajah ke sana kemari di kota Yogyakarta. Aku bersama teman-teman kontrakanku menjelajah ke tempat-tempat yang terdekat terlebih dahulu, mulai dari Malioboro, tugu, hingga wisata alam yang jarang masyarakat kunjungi. Contohnya seperti Laut bekah, Bluelagoon, dan wisata alam lainnya.



Setiap bulan kami bisa bertualang 4x, berarti seminggu 1x, kami menyisihkan waktu untuk menikmati masa muda. “Muda berkelana, tua bercerita.” Ini adalah prinsipku di awal masuk kuliah. Kelihatannya enak banget ya, seperti tidak memikirkan masa depan.



Jangan salah, dari seringnya aku berkelana, aku memiliki hobby yang baru. Yaitu, menerbangkan drone. Iya, aku meminta untuk dibelikan drone kepada ayah agar perjalananku terabadikan dan menjadi salah satu skill aku maupun portofolioku.
*) Jogja 9 Februari 2025



