
Oleh Muhzen Den
Liburan sekolah awal bulan kemarin anak-anakku menghabiskan waktu tidak ke tempat wisata maupun tempat bermain lainnya. Justru anak-anakku lebih senang berkunjung ke rumah neneknya yang tidak begitu jauh dari rumah.
Bukan hanya saat liburan sekolah atau liburan lainnya. Bahkan, kalau ada kesempatan waktu luang pun anak-anakku pasti minta kepadaku untuk ke rumah nenek. Namun, aku dan istri mensiasatinya agar berkunjung ke rumah nenek tidak saban weekend, melainkan sebulan sekali biar ada rasa rindu menggebu-gebu di dada anak-anak kepada neneknya.

Kedekatan anak-anakku kepada neneknya (ibunya istri atau mertuaku) adalah sebuah kewajaran. Pada masa tuanya seorang nenek-kakek pasti kesepian saat anak-anaknya mulai besar dan dewasa kemudian menikah untuk berumah tangga. Momen sepi di rumah pasti dirasakan setiap ibu-bapak atau nenek-kakek yang ditinggal anaknya merantau karena sekolah atau kerja di luar kota maupun karena pernikahan.
Sebagai anaknya tentu kita antara tega dan tidak tega meninggalkan mereka, ibu-bapak atau nenek-kakek, dalam kondisi sepi di rumah. Meskipun pada saat luang kita bisa berkunjung menjenguk sambil meluruhkan rindu pada dua sosok orangtua ini.
Momen berkumpul bersama nenek-kakek atau ibu-bapak bagi kita seolah-olah mengulang kembali masa anak-anak. Walaupun yang paling dinanti jika kita punya anak adalah cucu bagi nenek-kakek. Bertemu cucu yang masih kecil dan lucu bagi nenek-kakek adalah pelipur lara bagian dari menghibur hati yang sepi selama hari-hari di rumah.
Makanya, penting sekali jika kita masih punya orangtua atau punya nenek-kakek untuk selalu dikunjungi. Keakraban anak-anakku pada neneknya merupakan bentuk sayang cucu terhadap nenek-kakeknya. Meskipun kadang, peraturan yang kita anjurkan kepada anak-anak akan pola makan dan jajan di rumah nenek seakan berubah dan bebas.
Pola didik dan asuh kita sebagai orangtua dengan ibu-bapak kita yang sudah lansia tampak tak sinkron. Bahkan, kita orang dewasa sukanya berdebat dengan nenek-kakek atau ibu-bapak soal pola asuh anak-anak. Namun, itu semua hanya perbedaan persepsi. Jika orangtua kita masih menerapkan konsep pola asuh lama yang pernah kita rasakan, tapi ketika hal itu diterapkan pada cucu-cucunya seolah mengulang kembali akan apa yang pernah kita alami.
Namun, pada intinya, bukan itu yang kita inginkan dari berkunjung ke rumah nenek. Tetapi, dengan anak-anak dekat pada nenek-kakek berarti mereka memang sayang dan cinta pada nenek-kakeknya. Pada saat kita tak mampu memberi waktu luang untuk menemani ibu-bapak atau nenek-kakek anak-anak, maka cucu-cucunya sebagai pengganti dari absennya kita di mata nenek-kakek.

