Seala tentang rindu penantian. Diringi hujan deras air mata. Kelopak rindu terus menganga. Rindu yang sunyi akan penatian. Rasa lelah. Akankah terhapus jiwa resah ini? Berapa lama lagikah waktu menepi kini. Berapa panjangkah sungai rindu ini membentang? Mari kita seduh kopi terbaik kita. Nikmatilah 10 puisi awak ini.

Fakhrunnas MA Jabbar

Puisi Fakhrunnas MA Jabbar:
MENGUSAP HUJAN
AIRMATA PUN BERJATUHAN

siapa menulis hujan
sepanjang sejarah di lintasan jalan
bertembang di pendakian langit sunyi
atau lembah yang berkejaran
di pucuk rumput tak berkesudahan
aksara terdedah di lipatan peradaban
di igauan atau gumam mimpi di ujung malam
suara embun berjatuhan tanpa kemudi

begitulah sejarah silam itu terdedah
di kelopak waktu menunggu
akan ada airmata hujan jatuh lagi
di ladang-ladang penantian antara hasrat dan sukma
seperti para melayu menebar benih
di tiap musim berubah warna
atau terpaan awan ingin meniup angin
membasuh luka hujan
seketika

airmata hujan pun berjatuhan
di lopak-lopak sunyi
di nasib yang berbunyi
di remuk redam sejarah kami
di ayat suci barzanji

mengusap hujan
airmata pun berjatuhan
di pelimbahan
terdalam

pekanbaru, 1/23

oOOo

Puisi Fakhrunnas MA Jabbar:
PERJALANAN MENUJU PINTU

kian dekat kugapai pintu itu
kelopak rindu terus menganga
tak kuasa sembunyi di balik bayang
sehelai ilalang di padang jiwa
membentang tak bertepi

adakah ruang sunyi di dirimu
tempat istirah rindu yang lelah
sedari dulu

pku, 08/19/23

oOOo

Puisi Fakhrunnas MA Jabbar:
SUARA ELANG SUNYI

elang itu menembus sunyi
lepas sayapnya satu-satu
terhampar di liang hati
dengar suara elang sunyi
melemah kini

di redup mentari
elang itu menggapai sunyi
letih menanti

denpasar, 07/19/23

oOOo

Puisi Fakhrunnas MA Jabbar:
GALAU DI TENGAH KELAM

hati terpanah
perih di jiwa
berdarah tiba-tiba
kujumpa malam
tanpa warna
kelam terasa

kujemput pagi
meski dini
di mana-mana
hampa

pku, 07/19/23

oOOo

Puisi Fakhrunnas MA Jabbar:
SEPANJANG SUNGAI RINDU

kepada t.a

berapa panjangkah sungai rindu ini membentang
menebar bilur sunyi ini
di antara tebing hati kita, kekasih
waktu terhanyut tanpa riak dan ombak
sedang kita masih saja menanti
di ujung usia yang lelah

berapa lama lagikah waktu menepi kini
angin mengguncang cuaca di kata-kata
sedang jiwa dibalut sunyi

pekanbaru, 15.23

oOOo

Puisi Fakhrunnas MA Jabbar:
JARUM JAM TERUS SAJA MELAMBAT
kepada t.a

jarum jam pun melambat setiap waktu
suara debar terpatah-patah
kutunggu musim hatimu meranggas
meluruhkan angka-angka di ujung waktu,
tak kuasa berlama-lama didera luka.
laksana kelam tak bermula, kata tak berjawab pula
sepi tak bertepi, diam tanpa gumam selalu begitu

aku pun berteriak di telaga mimpi
riak sunyi tenggelam
jarum jam terus melambat saja melambat
menyebab angka-angka di almanak
sampai batas tiba menyergap
di antara suara purnama

pekanbaru, 15.25

oOOo

Puisi Fakhrunnas MA Jabbar:
BAYANG-BAYANG YANG MENARI
kepada t.a

perjalanan rapuh
entah di mana batas tiba
berhari-hari kubaca perih tak terperi
walau kucoba berlari
tak sungguh aku dilecut hari
hanya bayangmu menari-nari
kini
kian
sembunyi

pekanbaru, 15./25

oOOo

Puisi Fakhrunnas MA Jabbar:
Padang Jiwa
kepada t.a

kian dekat kudekap
kudekat
kugapai pintu itu
sebab rindu mendera
terus ternganga
tak kuasa sembunyi
di balik sehelai ilalang,
di bawah lidah bintang
sedang padang jiwa
kian tak bertepi.
adakah ruang di dirimu
tempat istirah
rinduku begitu lelah
selalu sedari dulu…

pekanbaru, 15.25

oOOo

Puisi Fakhrunnas MA Jabbar:
SUNYI YANG MENARI
kepada t.a

puisi ini kutulis di rumah rindumu
kutulis buat kekasih yang tegar
sedari dulu
elang itu menembus sunyi
kini mengeram hati
sayap jingga lepas satu-satu
terhampar di hatimu,
dengarlah suara debar elang melemah kini
di redup mentari
musim tersadar di ujung paruh
sunyi menanti
dan datang lagi

denpasar, 19.25

oOOo

Puisi Fakhrunnas MA Jabbar
MALAM KALUT

hatiku terpanah perih di jiwa berdarah
tiba-tiba kusapa malam
tanpa warna kelam
kujemput pagi bersunyi-sunyi
sendiri
meski kalut melecut
tak jua terlucuti
di dini hari
hampa tak henti
menari bersunyi-sunyi

denpasar, 15.2024

oOOo

TENTANG PENULIS: Ir. Fakhrunnas MA Jabbar, M.I. Kom lahir 18 Januari 1959. Menulis pada lebih
seratus media sejak tahun 1975 sd sekarang berupa cerita anak, esai, kritik, cerpen
dan puisi. Buku-buku yang sudah terbit sebanyak 15 buah: 4 kumpulan puisi tunggal
(Airmata Barzanji, 2005 dan Tanah Airku Melayu, 2007. Airmata Musim Gugur, 2016
dan Airmata Batu, 2017), 4 kumpulan cerpen (Jazirah Layeela, 2004, Sebatang Ceri di
Serambi, 2006 dan Ongkak, 2010), Lembayung Pagi, 30 Tahun, 3 biografi (Zaini
Kunin, Sebutir Mutiara dari Lubuk Bendahara, 1993 dan Soeman Hs, Bukan Pencuri
Anak Perawan, 1998 dan RZ, Apa Adanya bersama Yusril Ardanis, 2010) serta 5 buku
cerita anak. Pernah jadi dosen tamu di Inalco, Paris (2015). Menghadiri iven sastra di
15 negara a.l Korsel, Prancis, Belanda, Swiss, Azerbaijan, Singapuira, Brunei
Darussalam, Singapura, Vietnam, Kamboja, negara-negara Asia lainnya, dan sering
memenangkan lomba/ sayembara karya sastra. Pernah meraih Budayawan Pilihan
Anugerag Sagang tahun 2017, 3 bukunya meraih Buku Pilihan Anugerah Sagang pada
tahun yang berbeda, buku cerpen Sebatang Ceri di Serambi menjadi nominasi
Khatulistiwa Literrary Award (KLA) tahun 2016, buku puisi Airmata Batu meraih 5 Besar
Buku Puisi Terbaik HPI 2019 dan terakhir menerima Anugerah Satupena Kategori Fiksi
tahun 2021.Tahun 2024 dia menerima Penghargaan 40 Tahun Pengabdian Sastra dari
Badan Bahasa Kemendikbud.

PUISI MINGGU terbit setiap hari Minggu. Silakan mengirimkan 5 hingga 10 puisi tematik. Sertakan foto diri dan gambar atau foto ilustrasi untuk mempercantik puisi-puisinya. Tulis bio narasi dan pengantar singkat. Kirimkan ke email : gongtravelling@gmail.com . Ada uang pengganti pulsa Rp 300.000,- dari Denny JA Foundation. Sertakan nomor WA dan nomor rekening banknya.

Please follow and like us:
error70
fb-share-icon0
Tweet 5