
Saya ingat, Bapak berlangganan KOMPAS dan Suara Karya tahun 1970-an. Saya masih SD waktu itu, sekitar kelas 5-6. Saya senang baca komik tokoh Garth. Saat SMP (1976 – 79), saya baca cerita bersambung Karmila karya Marga T, Ronggeng Dukuh Paruk, dan judul-judul lainnya seperti Opera Jakarta Arwendo Atmowiloto, Mata Hari Remy Sylado, dan entha, lupa lagi.

Saya ingat betul meminta oleh-oleh buku cara jadi wartawan kepada Bapak yang kalau ada tugas kedinasan ke Bandung. Saat SMA (198082), saya kemudian mengenal Adinegoro, Mochtar Lubis, Tirto Adi Suro, Rosihan Anwar, dan Hari Pers Nasional (HPN) di Indonesia yang diperingati setiap 9 Februari. Berikut adalah sejarah singkat tentang Hari Pers Nasional di Indonesia:

Latar Belakang
Pada tahun 1946, pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Darurat No. 11 Tahun 1946 tentang Pers. Undang-undang ini memberikan kebebasan kepada pers untuk beroperasi dan menyampaikan informasi kepada masyarakat.

Peran Pers dalam Perjuangan Kemerdekaan
Pers memainkan peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Banyak surat kabar dan majalah yang menjadi corong perjuangan kemerdekaan dan menyampaikan informasi tentang perjuangan bangsa Indonesia.

Peringatan Hari Pers Nasional
Pada tanggal 9 Februari 1946, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) didirikan. PWI kemudian memilih tanggal 9 Februari sebagai Hari Pers Nasional. Peringatan ini bertujuan untuk mengenang peran pers dalam perjuangan kemerdekaan dan memperingati kebebasan pers di Indonesia.


Tema dan Kegiatan
Setiap tahun, Hari Pers Nasional diperingati dengan tema dan kegiatan yang berbeda-beda. Kegiatan yang biasanya dilakukan antara lain adalah seminar, diskusi, pameran foto, dan penghargaan kepada jurnalis yang berprestasi.

Kesimpulan
Hari Pers Nasional di Indonesia diperingati setiap tanggal 9 Februari untuk mengenang peran pers dalam perjuangan kemerdekaan dan memperingati kebebasan pers di Indonesia. Peringatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pers dalam demokrasi dan kebebasan berekspresi.


Tapi sekarang di kampung saya, Kota Serang, Banten, sangat susah mencari koran nasional. Awal tahun 2000-an, saya berlangganan koran KOMPAS, Seputar Indonesia, Media Indonesia, Koran Tempo, Radar Banten, dan Banten Raya Pos. Sekarang tidak lagi. Semua agen tutup karena bisnis koran dianggap tidak menguntungkan lagi. Padahal Kota Serang dekat dengan Jakarta.
Gol A Gong/AI

