
Puisi Gol A Gong
PAGAR RUMAHKU
Pak pos datang mengantar surat, ragu ia masuk
halaman rumahku tak berumput, teringat pusaramu
“Betulkah di sini menjual perubahan?”
Pak pos memeriksa ensiklopedi
Suara televisi kukeraskan, presiden menjual harapan
Pak pos berlari melempar surat, besok antri di gawat darurat
Aku tak bisa keluar rumah menyambut pak pos
Pagar rumahku kuubah tanpa warna
*) Serang 25/2/2016

Puisi Pagar Rumahku karya Gol A Gong memiliki nuansa simbolik yang kuat, menyiratkan kondisi sosial, politik, dan kehidupan pribadi penyair. Berikut beberapa interpretasi dari puisinya:
- Pagar sebagai Simbol Keterasingan
- Penyair menggambarkan pagar rumahnya tanpa warna, seolah-olah mencerminkan keterasingan atau kehilangan semangat hidup.
- Pak pos yang ragu masuk bisa melambangkan ketidakpastian atau ketakutan terhadap perubahan.
- Kritik Sosial dan Politik
- “Presiden menjual harapan” bisa merujuk pada janji-janji politik yang kosong atau tidak sesuai kenyataan.
- “Besok antri di gawat darurat” mungkin mengacu pada kondisi masyarakat yang terus berjuang dalam kesulitan, termasuk masalah layanan kesehatan dan kesejahteraan.
- Kehilangan dan Kesedihan
- “Teringat pusaramu” menunjukkan adanya duka atau kehilangan seseorang yang berarti dalam hidup penyair.
- Pagar yang “tanpa warna” bisa melambangkan perasaan hampa akibat kehilangan tersebut.
Puisi ini pendek, tetapi sarat makna dengan penggunaan simbolisme yang kuat. Maknanya bisa berlapis-lapis tergantung pada perspektif pembaca. Bagaimana menurutmu?
Tim GoKreaf/AI
