
Sejak Senin kemarin, 10 Februari 2025, istriku sakit mata. Kami dilarang berdkatan oleh dokter, karena menular. Itu jadi berdampak pada pola makan. Seperti malam ini, saya menunggu Ino – tukang sate asal Cikeusik, Banten Selatan, datang.

Akhirnya bunyi klakson khas saate itu terdengar di depan pintu gerbang. Saya beli 2 piring. Paket 10 tusuk sate ayam plus 1 lontong. Istriku juga.
Ino ini sudah 8 tahun jualan sate. Dia nge-kos bareng temen-temennya di pasar Rawu. Dia mulai mendorong gerobak satenya pukul 17.00 WIB dengan 200 tusuk sate. “Temen-temen sekarang pada nanggur. Jualan nasi goreng nggak laku sekarang,” kisah Ino, yang punya 2 anak.

Ino menceritakan, bahwa dampak GoFood berpengaruh kepada para pedagang gerobak seperti mereka. “Selain GoFood, anak-anak sekarang lebih suka nongkrong di cafe.”

Sebelum Covid-17, GoFood, dan cafe merajalela, setiap malam selalu lewat ke komplek tempat kami tinggal pedagang sekoteng (wedang ronde), sate, nasi goreng, mie jocok, dan kue putu. Ke mana mereka, ya?
Gol A Gong
