
Oleh Jack Alawi
Meskipun sudah puluhan kali saya ke Baduy, rasa bosan tidak pernah hinggap di hati saya. Suku Baduy, yang terletak di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, selalu membuat saya ingin kembali.
Pada Selasa–Rabu, 28–29 Januari 2025, saya kembali ke Baduy. Kali ini, perjalanan saya bersama guru-guru Yayasan Pendidikan Al-Alawiyah dan SDN Banjar Agung 4, sebanyak 10 orang. Kami berangkat menggunakan satu mobil. Berangkat dari Serang sekitar pukul 08.00, kami tiba di Terminal Ciboleger sekitar pukul 10.00.
Perjalanan ke Baduy bukan hanya bisa diakses dengan kendaraan pribadi, tetapi juga dengan kendaraan umum. Jika menggunakan kereta api, baik dari arah Jakarta maupun Merak, kalian bisa turun di Stasiun Rangkasbitung. Dari Stasiun Rangkasbitung, naik angkot ke Terminal Pariuk Aweh dengan ongkos Rp5.000 per orang.


Dari Terminal Pariuk Aweh, perjalanan dilanjutkan dengan naik Elf/PS ke Terminal Ciboleger dengan ongkos sekitar Rp30.000 per orang. Jika menggunakan kendaraan umum, pastikan kalian mengetahui jadwal keberangkatan. Mobil terakhir dari Terminal Pariuk Aweh ke Baduy berangkat pukul 13.00, begitu juga dari Ciboleger.
Sesampainya di Ciboleger, saya berbelanja makanan untuk dimasak di Baduy. Saya membeli beras, ikan asin, mi instan, sambal, dan bahan masakan lainnya. Saya juga membeli obat-obatan, camilan, serta air minum. Jika berencana menginap di Baduy, sebaiknya berbelanja bahan makanan di Ciboleger.
Jangan lupa untuk membeli lebih banyak makanan sebagai bentuk penghormatan kepada tuan rumah tempat kita menginap, terutama beras dan ikan asin—lauk utama yang biasa dikonsumsi oleh orang Baduy.

Kami mulai berjalan pukul 11.00. Di perbatasan antara kawasan Baduy dan luar Baduy, kami berhenti untuk membayar biaya registrasi masuk, yaitu Rp5.000 per orang. Pada libur panjang, dari Jumat hingga Rabu di bulan Januari lalu, Baduy dipadati pengunjung. Di parkiran baru, puluhan mobil dan sepeda motor terparkir. Parkiran ini khusus untuk kendaraan milik pengunjung yang tidak menginap di Baduy, sedangkan parkiran Terminal Ciboleger diperuntukkan bagi kendaraan pengunjung yang akan menginap.
Setelah membayar registrasi, kami memasuki Kampung Kadu Ketug, kampung pertama Baduy dari jalur Ciboleger. Selain jalur Ciboleger, ada juga jalur Cijahe. Jika melewati jalur Cijahe, perjalanan ke Baduy Dalam hanya memakan waktu sekitar dua jam hingga Kampung Cibeo. Namun, jalur ini hanya melewati dua kampung Baduy Luar.
Jika ingin cepat sampai ke Baduy Dalam, jalur Cijahe adalah pilihan terbaik. Namun, jika ingin mendapatkan pengalaman lebih banyak dan melihat aktivitas masyarakat Baduy, jalur Ciboleger lebih direkomendasikan. Jalur ini memungkinkan kita melewati lebih banyak kampung Baduy Luar serta berinteraksi dengan masyarakat setempat.


Dari jalur Ciboleger, perjalanan ke Kampung Cibeo, Baduy Dalam, memakan waktu sekitar lima jam dengan berjalan kaki. Pada perjalanan kali ini, kami hanya sampai di Kampung Gajeboh, Baduy Luar.
Di Kampung Kadu Ketug, kami melihat aktivitas masyarakat Baduy di teras-teras rumah mereka. Ada yang berjualan suvenir khas Baduy, ibu-ibu menenun, bapak-bapak menjual durian, anak-anak menjajakan tongkat, dan berbagai aktivitas lainnya.
Di kampung ini, kami bertemu Dewi, perempuan Baduy yang terkenal di media sosial karena kecantikannya. Sayangnya, kami tidak bertemu Sarti. Menurut ibunya, Sarti sedang keluar.

Setelah dari Kampung Kadu Ketug, kami melanjutkan perjalanan kaki menuju Kampung Gajeboh. Di sepanjang perjalanan, kami melewati Kampung Legok Jeruk, Kampung Balimbing, dan Kampung Marengo.
Setelah berjalan sekitar tiga jam dengan beberapa kali beristirahat, akhirnya kami tiba di rumah Yayat di Kampung Gajeboh. Di rumah inilah kami akan menginap. Kampung Gajeboh terkenal dengan jembatan bambu dan sungainya. Di belakang rumah Yayat terdapat sungai yang jernih.

Sebelum ke Jembatan Bambu, kami beristirahat sambil menikmati kopi, teh, dan camilan. Kami juga berbincang dengan Yayat mengenai kehidupan masyarakat Baduy.
Sekitar pukul 16.00, kami menuju Jembatan Bambu, melewati rumah-rumah penduduk Kampung Gajeboh. Sesampainya di jembatan, kami berfoto dan menyeberang ke seberang sungai. Di sana, terdapat beberapa tempat duduk dan warung milik masyarakat Baduy.

Kami duduk santai menikmati kesejukan alam. Tempat ini memang menjadi favorit para pengunjung. Dari sini, kami bisa menikmati pemandangan sungai, rumah-rumah Baduy, leuwit (lumbung padi) Baduy, dan tentunya Jembatan Bambu.
Pukul 17.00, kami kembali ke rumah Yayat. Sesampainya di sana, kami langsung makan. Nasi dan lauk yang kami beli di Ciboleger tadi dimasak oleh istri Yayat, Sani.
Saat malam tiba, kami berkunjung ke salah satu warga di Kampung Gajeboh dan menikmati durian Baduy. Setelah itu, kami kembali ke rumah Yayat dan beristirahat.
Keesokan paginya, setelah mandi dan bersiap-siap, sebagian dari kami kembali ke Jembatan Bambu untuk menikmati suasana pagi. Setelah sekitar satu jam, kami kembali ke rumah Yayat untuk sarapan dan bersiap pulang.

Setelah selesai sarapan dan berkemas, kami berjalan kembali ke Ciboleger. Saat sampai di Kampung Legok Jeruk, kami bertemu dengan Rumsah, gadis Baduy yang juga terkenal di media sosial. Kami meminta foto bersama Rumsah, dan senang bisa bertemu dengannya. Setelah selesai berfoto, kami membeli camilan dan minuman di rumah Rumsah.
Akhirnya, setelah dua jam perjalanan dari Kampung Gajeboh, kami tiba di Ciboleger. Kami beristirahat dan makan di Warung Pak Udi sebelum melanjutkan perjalanan pulang ke Serang.
Bagi saya, perjalanan ke Baduy, meskipun sudah puluhan kali, tidak pernah membosankan. Saya selalu bahagia datang kembali, menikmati budaya serta kesejukan alam Baduy—dua hal utama yang membuat saya ingin kembali lagi.

TRAVELING setip hari Jumat. Nah, kamu punya cerita traveling? Tidak selalu harus keluar negeri, boleh juga city tour di kota sendiri atau kota lain masih di Indonesia. Antara 1000-1500 kata. Jangan lupa transportasi ke lokasi, kulinernya, penginapannya, biayanya tulis, ya. Traveling di luar negeri juga oke. Fotonya 5-7 buah bagus tuh. Ada honoarium Rp. 100.000. Kirim ke email gongtravelling@gmail.com dan golagongkreatif@gmail.com dengan subjek: traveling.
