
Pengantar: Setiap hendak menulis cerita pedek, saya selalu memulainya dengan menulis sinopsis. Kemudian sinopsis ini saya bagi jadi 3 babak. Secara umum, sinopsis cerpen ini menceritakan kisah seorang tokoh bernama Ipang, yang meminta uang hasil jualan sayur ibunya untuk biaya study tour, tetapi ibunya tidak memiliki uang. Saya susun sinopsis umum itu jadi sinopsis cerpen 3 babak yang mengandung konflik. Bacalah:

Konflik 1:
Ipang menghadapi masalah karena ibunya tidak bisa memberikan uang yang diminta untuk biaya study tour di sekolah sebesar Rp. 500 ribu.
Konflik 2:
Ipang memaksa ibunya menjual TV warisan almarhum ayahnya, meskipun TV itu merupakan hiburan untuk adiknya yang butuh hiburan setelah bekajar menghafal Al-Qur’an. Akhirnya, TV dijual dengan cara paksa.
Plot Point:
Setelah mendapatkan uang dari penjualan TV, Ipang justru menggunakannya untuk membeli narkoba dan mengonsumsinya bersama pacar serta gengnya. Tanpa diduga, polisi menggerebek tempat mereka, dan Ipang akhirnya ditangkap. Ibunya jatuh pingsan saat mendengar kabar Ipang masuk penjara, yang menjadi jembatan cerita menuju bab berikutnya.
oOOo
Begitulah sinopsisnya. Tapi saya sedang malas menulis cerita pendeknya. Saya iseng, sinopsis itu saya kirimkan ke Open AI sebagai prompt, yaitu permintaan atau instruksi yang diberikan kepada model AI atau sistem operasi. Prompt dapat berupa pertanyaan, kalimat, deskripsi, atau contoh. Jadinya begini:

Judul cerpen: Dosa di Balik Uang
Ipang pulang dengan wajah kesal. Hari ini, teman-temannya sibuk membahas study tour ke Yogyakarta. Semua sudah membayar, hanya dia yang belum. Biayanya lima ratus ribu rupiah—jumlah yang bagi orang lain mungkin kecil, tapi bagi keluarganya, sangat besar.
Di dapur, ibunya sedang membersihkan sayur dagangan yang tersisa. Ipang mendekat.
“Bu, uang jualan hari ini ada berapa?” tanyanya tanpa basa-basi.
Ibunya menghela napas. “Nggak banyak, Nak. Buat belanja besok aja pas-pasan.”
“Tapi aku butuh buat study tour, Bu!” suara Ipang meninggi.
Ibunya menatapnya lembut. “Maaf, Nak, Ibu nggak ada uang sebanyak itu.”
Ipang menggerutu, meninggalkan ibunya tanpa berkata apa-apa. Di ruang tamu, matanya tertuju pada televisi tua, satu-satunya hiburan di rumah itu. “TV ini bisa dijual,” pikirnya.
Keesokan harinya, ia membujuk ibunya untuk menjual TV. Ibunya menolak. “Itu warisan Bapakmu, Pang. Adikmu juga butuh hiburan. Dia kan mau menghafal Al-Qur’an, setidaknya kalau bosan, dia bisa nonton.”
Namun Ipang tak peduli. “Lebih penting aku ikut study tour, Bu! TV bisa dibeli lagi nanti!”

Meski ibunya menolak, Ipang tetap membawa TV itu ke toko barang bekas. Ia menjualnya seharga lima ratus ribu rupiah. Tangannya gemetar saat menerima uangnya. Bukan karena senang, tapi karena sadar ia telah mengkhianati ibunya.
Namun, uang itu tak pernah sampai untuk membayar study tour. Dalam perjalanan pulang, ia bertemu gengnya.
“Eh, Pang, duit segitu bisa buat kita ‘terbang’ malam ini,” kata seorang temannya sambil terkekeh.
Godaan itu terlalu kuat. Ia ikut mereka ke sebuah rumah kosong, tempat biasa mereka berpesta narkoba. Malam itu, ia mencoba sabu untuk pertama kalinya. Sensasi melayang membuatnya lupa masalah di rumah.
Namun kebahagiaan itu hanya sesaat. Lampu tiba-tiba menyorot terang ke arah mereka, suara sepatu bot menghentak lantai. “POLISI! JANGAN BERGERAK!”
Ipang panik. Ia mencoba lari, tapi terlambat. Tangannya sudah diborgol, tubuhnya didorong ke tanah.
Di rumah, ibunya sedang menyiapkan makan malam ketika seorang tetangga datang tergopoh-gopoh. “Bu, Ipang ditangkap polisi!”
Sendok di tangannya jatuh. Dunia seakan berhenti berputar. Dadanya terasa sesak, kakinya lemas. Ia tidak bisa mendengar suara apa pun lagi, kecuali kalimat yang terngiang di kepalanya: “Ipang masuk penjara.”
Seperti lilin yang kehabisan nyala, tubuhnya tumbang di tempat.
oOOo
Bagaimana menurut kamu?

REDAKSI: Cerpen Sabtu selama 2004 didukung Ditjen Kebudayaan, Kemdikbud. Bang Hilmar Farid sebagai Dirjennya mendukung, sehingga setiap cerpen yang tayang dihonori Rp. 200 ribu. Tapi setelah pemangkasan anggaran ini, untuk sementara Cerpen Sabtu tidak dihonori. Tadinya akan ada Kementerian yang mau mendukung, tapi batal karena ada pemangkasan anggaran itu tadi. Untuk menjaga konsistensi kemunculan Cerpen Sabtu, akhirnya saya putuskan untuk mengisi Cerpen Sabatu ini dengan membuat sinopsis cerpennya, kemudian iseng saya jadikan sebagai prompt – permintaan atau instruksi yang diberikan kepada model AI atau sistem operasi. Nah, yang kamu baca nanti adalah cerita pendek versi AI. Ingat, sinopsisnya dari saya, penulisan cerpennya oleh AI. Tentu nanti sinopsisnya akan saya simpan sebagai bank naskah dan satu persatu akan saya tuliskan jadi cerita pendek versi saya – menggunakan otak manusia. Jika kamu tertarik untuk latihan, silakan kirimkan. Mari kita tetap bahagia saat berkolaborasi dengan otak mesin.