Pantai Legian, Bali_ Naufal

Oleh: Naufal Nabilludin

Selama di Bali, ada satu hal yang benar-benar saya kagumi: kebersihannya. Saya sudah sering berkunjung ke berbagai kota, tetapi jarang menemukan tempat yang begitu terjaga seperti di Bali.

Bahkan di tempat yang biasanya identik dengan sampah, seperti pasar tradisional, kebersihan tetap diperhatikan.

Saat mengunjungi Pasar Badung di Denpasar, saya terkejut melihat betapa bersih dan tertatanya tempat ini. Tidak ada bau menyengat atau tumpukan sampah yang mengganggu.

Para pedagang menjaga area jualannya dengan rapi, dan jalannya nyaman untuk dilalui. Suasana pasar terasa lebih menyenangkan, tanpa harus khawatir menginjak sampah atau menghindari genangan air kotor.

Di jalanan dan trotoar, pemandangannya pun sama. Sebagai pejalan kaki, saya merasa nyaman berjalan menyusuri trotoar di Bali. Sedikit sekali sampah yang berserakan. Satu-satunya hal yang sering saya temui di pinggir jalan adalah canang sari, sesajen khas Bali yang diletakkan dengan rapi di depan rumah, toko, atau pura. Ini bukan sampah, melainkan bentuk penghormatan dan doa yang sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat setempat.

Ketika pagi hari saya berjalan di sepanjang Pantai Kuta, saya melihat petugas kebersihan dengan seragam putih merah dengan tulisan “Cafe for Bali’s Beaches” di belakang bajunya sedang menyapu pasir, mengumpulkan sampah yang mungkin terbawa ombak atau ditinggalkan wisatawan.

Bahkan, ada mobil pengangkut sampah yang berkeliling. Saya menyadari bahwa kebersihan di Bali bukan hanya tanggung jawab petugas, tetapi juga bagian dari kesadaran masyarakatnya.

Kesadaran ini juga tampak jelas di Desa Penglipuran, yang dikenal sebagai salah satu desa terbersih di dunia. Tidak ada sampah berserakan, tidak ada plastik yang tersangkut di selokan, dan setiap rumah tampak terawat dengan baik. Masyarakatnya menjaga kebersihan bukan karena aturan semata, tetapi karena sudah menjadi kebiasaan yang diwariskan turun-temurun.

Kebersihan sebagai Kebutuhan, Bukan Sekadar Formalitas

Apa yang saya lihat di Bali seharusnya bisa menjadi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia. Kebersihan bukan sekadar formalitas, tetapi kebutuhan. Kota yang bersih menciptakan lingkungan yang sehat, nyaman, dan menarik bagi wisatawan maupun penduduk lokal.

Sayangnya, di banyak tempat lain, kesadaran ini masih kurang. Sampah masih sering dibuang sembarangan, selokan tersumbat karena plastik, dan banyak area publik yang terlihat kumuh. Ini bukan hanya masalah kurangnya fasilitas kebersihan, tetapi juga kurangnya kesadaran masyarakat.

Padahal, dalam banyak ajaran agama, kebersihan sudah diajarkan sebagai bagian dari kehidupan. Dalam Islam, misalnya, ada ajaran: kebersihan sebagian dari iman. Artinya, menjaga kebersihan bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga bagian dari tanggung jawab sosial dan spiritual.

Dalam ajaran Hindu, yang dianut oleh mayoritas masyarakat Bali, konsep Tri Hita Karana menekankan keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan. Ini juga tercermin dalam bagaimana mereka menjaga lingkungan tetap bersih dan harmonis.

Menularkan Semangat Kebersihan ke Daerah Lain

Semangat menjaga kebersihan di Bali seharusnya bisa diadopsi oleh daerah lain di Indonesia. Pemerintah perlu menyediakan fasilitas yang memadai, tetapi lebih dari itu, kesadaran masyarakat harus ditingkatkan. Jika di Bali warganya bisa terbiasa menjaga kebersihan, mengapa daerah lain tidak?

Bali telah membuktikan bahwa kebersihan bukan hanya tanggung jawab petugas kebersihan, tetapi juga hasil dari budaya dan kesadaran bersama. Semoga kita semua bisa mencontoh semangat ini dan menjadikan kebersihan sebagai bagian dari keseharian, di mana pun kita berada.

Please follow and like us:
error70
fb-share-icon0
Tweet 5