Oleh: Zaeni Boli

Setelah kekecewaan kita mendengar pertunjukan Wawancara dengan Mulyono dari Teater Payung Hitam yang disegel di kampus ISBI Bandung—yang sedianya akan digelar pada 16 Februari lalu—batal, ada secercah harapan di ujung Pulau Nusantara. Tepatnya di Larantuka, Kabupaten Flores Timur, sekumpulan anak-anak SDK Lamenais, dengan bimbingan para guru, sedang berlatih dramatisasi di Aula Lamenais. Pertunjukan sederhana ini mengangkat kisah meletusnya Gunung Lewotobi. Mereka tampak berlatih dengan sungguh-sungguh, dan pada sore itu, 17 Februari 2025, anak-anak yang berlatih menunjukkan bakat akting mereka yang luar biasa.

Andai Flores Timur memiliki Festival Teater Anak, hampir dapat dipastikan mereka akan menjadi salah satu juaranya. Kemampuan bermain peran di atas rata-rata mereka tunjukkan. Mereka memahami dengan cermat instruksi guru pendamping dan juga mampu dengan pintar melakukan improvisasi demi menghidupkan pertunjukan sederhana yang akan mereka bangun dan sajikan. Lewat latihan selama dua minggu, mereka telah mampu beradaptasi dengan baik terhadap naskah yang diberikan oleh guru pendamping.

Setelah melihat mereka berlatih selama kurang lebih satu jam, saya berpamitan kepada guru pendamping yang mengundang saya untuk menyaksikan latihan mereka. Pertunjukan ini akan disajikan pada pentas seni Sabtu mendatang.

Sebagai penikmat seni, saya melihat secercah harapan dari SDK Lamenais sebagai wadah pembibitan bakat seni peran di Flores Timur. Andai kesenian ini berkembang di daerah ini, maka SDK Lamenais bisa menjadi salah satu sekolah penyedia bakat seni di Flores Timur.

Please follow and like us:
error70
fb-share-icon0
Tweet 5