Saat kapal yang saya tumpangi melaju dari Pelabuhan Lembar, Lombok, menuju Pelabuhan Padangbai, Bali, saya menyadari satu hal: menjadi backpacker di usia muda adalah sebuah privilege.

Sudah hampir tiga minggu saya menjelajahi berbagai tempat—Madura, Lombok, Bali, dan Yogyakarta. Seminggu pertama saya habiskan untuk pengabdian masyarakat, lalu dua minggu berikutnya untuk bersilaturahmi dengan teman-teman, sekaligus menikmati perjalanan sebagai seorang backpacker.

Naufal di The Cubic Jogja
Naufal di The Cubic Jogja

Dengan ransel di punggung dan uang pas-pasan, saya berpindah dari satu kota ke kota lain, mencari pengalaman, belajar dari perjalanan, dan menemukan kebebasan dalam setiap langkah.

Backpacker di usia muda bukan sekadar soal jalan-jalan murah atau mengejar destinasi eksotis. Ini adalah tentang merasakan dunia dengan cara yang paling otentik, merasakan kebaikan orang, mengobrol dengan orang asing, menginap di tempat sederhana, dan menghadapi ketidakpastian dengan penuh semangat.

Ini adalah tentang membuktikan bahwa petualangan tidak selalu membutuhkan banyak uang, tapi lebih pada keberanian untuk melangkah.

Banyak orang berkata, usia muda adalah masa terbaik untuk bepergian. Saya semakin percaya akan hal itu. Ada sebuah ilustrasi menarik yang sering saya dengar:

  • Di usia muda, kita punya banyak waktu dan tenaga, tapi tidak banyak uang.
  • Saat dewasa dan sudah bekerja, kita punya uang dan tenaga, tapi waktu terbatas.
  • Ketika tua, kita punya uang dan waktu, tapi tenaga sudah berkurang.

Saya saat ini berada di fase pertama—punya waktu dan tenaga, tapi tidak banyak uang.

Namun, saya belajar bahwa keterbatasan finansial bukanlah penghalang. Dengan sedikit kreativitas dan keberanian, selalu ada cara untuk mewujudkan perjalanan impian. Menginap di rumah teman, mencari transportasi murah, bahkan bekerja paruh waktu di perjalanan bisa menjadi solusi. Yang terpenting adalah kemauan untuk berangkat.

Paulo Coelho dalam The Alchemist pernah berkata:
“Jika kamu benar-benar menginginkan sesuatu, seluruh alam semesta akan bersatu membantumu mencapainya.”

Dan saya merasakannya dalam perjalanan ini. Bertemu dengan orang-orang baik di jalan, mendapatkan tumpangan gratis, ditraktir makan oleh teman—semua itu membuktikan bahwa dunia ini penuh dengan kejutan indah jika kita berani melangkah.

Backpacker di usia muda bukan sekadar perjalanan fisik, tapi juga perjalanan menemukan makna hidup. Belajar menghargai hal-hal sederhana, menghadapi tantangan, dan memahami bahwa kebahagiaan sering kali datang dari pengalaman, bukan dari materi.

Naufal di Pelabuhan Lembar Lombok
Naufal di Pelabuhan Lembar Lombok

Pada akhirnya, hidup adalah tentang pilihan. Saya memilih untuk menjelajah, merasakan kebebasan, dan menikmati setiap perjalanan selagi bisa. Karena kesempatan untuk melihat dunia di usia muda bukanlah sesuatu yang bisa didapatkan dua kali.

Please follow and like us:
error70
fb-share-icon0
Tweet 5