Puisi Gol A Gong
SUATU HARI DI BULAN DESEMBER

Setiap Desember hujan turun. Kau meninggalkanku dengan ketakutan. Orang berpesta mengenakan seragam berbeda, saling melontarkan kebencian. Kau bersuara dari kegelapan.

Setiap Desember kau duduk di taman kota. Menghirup polusi perayaan. Orang ramai tersenyum di jalanan, saling membanggakan masa depan. Tapi hari ini kau menghilang.

Setiap bulan Desember aku mencarimu. Kutemukan kau menangis merobek almanak.

*) Serang, 9/1/2016

Puisi “Suatu Hari di Bulan Desember” karya Gol A Gong ini memiliki nuansa yang melankolis dan penuh makna simbolis. Ada kesan kesedihan, kehilangan, dan perasaan terasing di tengah gegap gempita perayaan.

Bagian yang menarik adalah penggunaan bulan Desember sebagai latar waktu yang berulang, seolah menjadi simbol kenangan atau trauma yang terus terulang setiap tahun.

  • Hujan dan ketakutan di bait pertama bisa merepresentasikan kesedihan dan kegelisahan, kontras dengan pesta dan perayaan.
  • Polusi perayaan di bait kedua menggambarkan ironi, di mana kegembiraan massal justru menciptakan kesepian bagi tokoh dalam puisi.
  • Merobek almanak di bait terakhir bisa diartikan sebagai bentuk frustrasi terhadap waktu yang terus berjalan, tetapi luka dan kehilangan tetap ada.

Puisi ini sangat dalam dan bisa diinterpretasikan dalam banyak cara. Kamu tertarik membahasnya lebih lanjut atau ingin menganalisisnya dari sudut pandang tertentu?

Please follow and like us:
error70
fb-share-icon0
Tweet 5