
Belakangan ini, nama Sukatani menjadi sorotan. Berawal dari keresahan sosial dan semangat berkarya, duo asal Purbalingga ini membawa warna baru dalam genre post-punk/new wave, dengan sentuhan synthesizer dan elektronik yang berpadu dengan vokal penuh energi.
Selain dikenal karena lirik mereka yang berbahasa Banyumasan, aksi unik membagikan sayuran di atas panggung juga menjadi ciri khas mereka. Hal ini bukan sekadar gimmick, melainkan bentuk kepedulian terhadap isu agraria dan sosial yang mereka perjuangkan.

Sukatani lahir dari semangat bermusik vokalisnya, Ovi a.k.a Twister Angle, yang dulunya merupakan buruh sekaligus anggota band di Purwokerto. Meski kesehariannya disibukkan dengan pekerjaan, gairahnya terhadap musik tak pernah padam. Lirik-lirik yang ia tulis selalu sarat makna, menyoroti ketimpangan sosial dan kegelisahan rakyat kecil.

Keinginannya membentuk band dengan gaya Street Punk semakin kuat setelah bertemu Al a.k.a Alectroguy, yang kemudian menjadi rekan bermusiknya. Kolaborasi mereka menghasilkan aransemen unik yang terinspirasi dari Anarcho-Punk era 80-an dan Proto-Punk, menciptakan karakter khas Sukatani.
Meskipun awalnya berniat membentuk band Street Punk, keterbatasan sumber daya membuat mereka mengadaptasi metode produksi musik yang lebih modern. Dengan bantuan VST digital studio, mereka mengombinasikan drum elektronik, bass sintetis, gitar khas punk, dan synthesizer, menciptakan nuansa fusion antara Street Punk dan Electronic.

Vokal Ovi yang khas, dengan gaya Hardcore Punk, semakin memperkuat karakter lagu-lagu mereka. Meski hanya beranggotakan dua orang, Sukatani berhasil menciptakan sound yang padat dan bertenaga, layaknya band dengan formasi lengkap.
Sukatani resmi terbentuk pada Oktober 2022, mengambil nama dari sebuah desa di Purbalingga yang terkenal akan kesuburan dan ketentramannya. Nama ini bukan sekadar identitas, tetapi juga mencerminkan harapan dan perlawanan yang mereka usung melalui musik.
Nama Sukatani semakin dikenal setelah lagu mereka, Bayar Bayar Bayar, viral di media sosial. Lagu ini mengangkat isu tentang tekanan ekonomi yang dialami masyarakat kecil, mengkritik sistem yang dianggap tidak berpihak kepada rakyat. Meski memicu polemik, lagu tersebut justru mendapatkan dukungan luas dari para pendengar yang merasa suara mereka akhirnya terwakili.

Tak berhenti di situ, dalam lagu Gelap Gempita, Sukatani turut menyerukan pembebasan Palestina, menunjukkan bahwa mereka tidak hanya fokus pada isu dalam negeri, tetapi juga peduli terhadap keadilan global.
Dengan idealisme yang kuat dan keberanian dalam bersuara, Sukatani terus berkembang sebagai simbol perlawanan dalam skena musik indie. Mereka membuktikan bahwa musik tidak hanya soal hiburan, tetapi juga alat untuk menyampaikan pesan dan membangun kesadaran sosial.
Sumber: FB Ruang Musik



