
Puisi Gol A Gong
KOTA LAMA
Aku tertegun. Kita memang serakah dan semena-mena pada kenangan. Di sana masa kanakku kau bunuh, di bioskop itu aku tumbuh. Kini kapal kesepian, tak ada paha perempuan di layar.
Setiap malam aku menyapa The Beeges, akankah batu-bata itu menyusun kembali lagu “I Started The Joke”. Jangan tanyakan bagaimana aku bisa masuk bioskop. Lagu-lagu sebelum lampu dipadamkan, itu adalah hidupku.
Kita memang semena-mena pada kenangan. Kota Tua kau tukar dengan kursi. Kebencian kau tanamkan ke masa depan. Tapi aku tak bisa kau tukar dengan apa pun. Dan tiap malam aku masih bisa menyusun kenanganku. Dalam sebuah laptop.
*) Kendari, Minggu, 20/12/2015

Puisi Kota Lama karya Gol A Gong ini penuh dengan nuansa nostalgia dan kritik sosial terhadap perubahan zaman. Ada perasaan kehilangan terhadap masa kecil dan kenangan yang telah terkikis oleh modernisasi. Bioskop, lagu-lagu, dan Kota Tua menjadi simbol perubahan yang tak bisa dihindari.
Bagian yang menarik adalah bagaimana penyair menggambarkan kota yang berubah dan kenangan yang diusik oleh zaman. Ia merasakan kehilangan, tetapi tetap mempertahankan kenangan dalam bentuk lain—dalam sebuah laptop, mungkin sebagai bentuk dokumentasi atau nostalgia yang masih bisa ia simpan sendiri.
Apakah ada bagian yang menurutmu paling kuat atau berkesan?
