
Ada dua alasan saya memiliki novel Sang Guru. Pertama, penulisnya, Gerson Poyk, adalah sastrawan kebanggaan NTT. Gerson adalah putra Rote yang menjalani hidupnya sebagai seorang guru, wartawan, dan sastrawan.
Kedua, novel ini (sesuai judulnya) bercerita tentang sosok guru. Profesi yang dilakoni Gerson di awal karirnya, juga saya jalani saat ini.
Novel ini bercerita tentang kehidupan Ben, seorang guru di pulau Ternate, Maluku Utara dan di kota Manado, Sulawesi Utara. Kisah ini diawali dengan kedatangan Ben di pulau Ternate bersama ibunya dengan menumpang kapal laut dari Surabaya.
Di pulau Ternate, Ben menjalani hari-harinya sebagai seorang guru. Di sini, Ben bertemu rekan kerja baru (Kepala Sekolah, Pak Frits, ibu Maria) dan orang baru (keluarga Pak Ismail).
Di pulau ini juga guru Ben menjalin kisah asmara dengan Sofie (guru SKP) yang kemudian dijadikan istrinya; Berkeliling menikmti keindahan pulau Ternate dengan sepeda.
Hingga akhirnya sebuah tragedi memaksa guru Ben meninggalkan pulau Ternate. Tidak hanya pulau itu yang ditinggalkan, pekerjaannya sebagai guru juga dilepaskannya. Dari Ternate Ben menuju Manado. Di sana, ia dan Sofie menikah.

Yang menarik dari novel ini adalah susahnya menjadi seorang guru zaman dahulu (juga sampai saat ini). Guru yang mengabdi di daerah pelosok harus menghadapi banyak tantangan. Gaji yang kecil selalu datang terlambat. Karena itu hidup serba pas-pasan dan mengutang.
Bagi Gerson, hidup guru (Ben) itu ibarat buruh. Itulah mengapa, perkenalan pertama guru Ben di Ternate adalah dengan seorang buruh. Mengapa bukan dengan kepala sekolah, atau penumpang kapal yang lain, tetapi dengan seorang buruh?
Saat kapal bersandar di pelabuhan, guru Ben yang sedang melamun dibuyarkan lamunannya oleh seorang yang berbadan besar dan tegar. Buruh yang mencari penghasilan dengan mengangkat barang dari kapal yang bersandar di pelabuhan Ternate.
”Tuan turun di sini? Saya sajalah yang menurunkan barang-barang tuan,” tanya sang buruh kepada guru Ben.
”Bagi-bagilah rejeki yang tuan peroleh kepada buruh kasar,” kata sang buruh.
”Tidak usah, Pak. Saya dapat menjadi buruh untuk diri sendiri,” kata guru Ben.
Ya, guru itu buruh.
###


