Oleh: Naufal Nabilludin

Di era media sosial, sesuatu bisa viral dalam sekejap. Sebuah video sederhana, yang sebenernya tidak terlalu penting untuk dilihat bisa menjadi viral dan ditonton banyak orang. Namun, vitalitas ini membuat pola pikir “easy come, easy go”. Cepat viral, namun cepat dilupakan. 

Saya pernah berbincang dengan Mas Gol A Gong tentang fenomena viral di media sosial. Kami membahas bagaimana sesuatu bisa mendadak terkenal, tetapi kemudian menghilang begitu saja. Mas Gong menyebutnya “Fenomena Komet”. Melesat terang di langit, lalu lenyap dalam sekejap.

“Yang cepat viral, dia juga akan cepat dilupakan,” kata Mas Gong. Kalimat itu terus terngiang di kepala saya, terutama ketika melihat betapa seringnya sesuatu menjadi viral di media sosial, hanya untuk kemudian digantikan oleh tren berikutnya.

Saya ingat betul saat Citayam Fashion Week (CFW) sedang berada di puncak popularitas. Bonge, Jeje, Kurma, Roy, dan beberapa nama lainnya mendadak menjadi perbincangan banyak orang. Media meliput mereka, influencer berburu kolaborasi, bahkan pemerintah ikut turun tangan. 

Mereka yang tadinya hanya nongkrong di Dukuh Atas, tiba-tiba diundang ke acara-acara besar, diberi panggung, dan—bagi sebagian—bahkan ditawari beasiswa pendidikan.

Tapi sekarang? Ke mana mereka?

Fenomena komet yang dibicarakan Mas Gong itu benar adanya. Apa yang naik terlalu cepat sering kali tidak punya waktu untuk membangun pijakan yang kokoh. 

Mereka yang viral dalam semalam sering kali menganggap bahwa ketenaran itu akan bertahan selamanya. Nyatanya, ketika perhatian publik beralih ke hal lain, mereka yang tidak siap dan akhirnya tenggelam.

Orang-orang yang mendadak terkenal sering kali tidak memiliki strategi untuk mempertahankan eksistensinya. Mereka hanya menikmati sorotan tanpa berpikir tentang langkah berikutnya.

Mereka yang tidak membangun sesuatu secara perlahan akan sulit bertahan.

Mas Gong sendiri adalah contoh dari sosok yang membangun kariernya dengan konsistensi. Ia tidak menjadi penulis terkenal dalam semalam. Karyanya lahir dari proses panjang, dari jatuh bangun yang ia alami sejak muda. Namanya besar bukan hasil dari viralitas dadakan, tetapi dari usaha yang terus-menerus.

Viral Itu Mudah, Bertahan Itu Sulit

Di dunia yang serba cepat ini, menjadi viral bukanlah pencapaian utama. Yang jauh lebih penting adalah bagaimana seseorang bisa tetap relevan dan mempunyai value dari apa yang dibagikannya di media sosial.

Seperti yang dikatakan Mas Gong, “Orang yang tidak membangun pelan-pelan, dia tidak akan bisa bertahan.”

Jadi, di era media sosial kita bisa memilih ingin sekadar menjadi komet yang bersinar sebentar, atau bintang yang terus bersinar sepanjang waktu?

Please follow and like us:
error70
fb-share-icon0
Tweet 5