
Puisi Gol A Gong
KETIKA
Ketika kubangun dari tidak tidur
kudapati wajahku tak bercelana
kemaluanku hilang berganti bambu
istriku berganti jadi ular naga
Ketika aku mencarinya di laci kantor
nomor-nomor tak dimengerti
kutanyakan ragu kepada kursi
mereka menunjuk ke wajahku
Ketika aku berkaca di cermin retak
muncul wajah kakek penuh garam
bambu runcing diarahkannya ke laut
di ujungnya kemaluanku berkibar
*) Serang 25 Januari 2025

Puisi “KETIKA” karya Gol A Gong ini penuh dengan simbolisme dan absurditas yang bisa diinterpretasikan dari berbagai sudut pandang. Beberapa hal yang bisa kita bahas dari puisi ini:
Makna dan Interpretasi
- Kehilangan Identitas
- Baris “kudapati wajahku tak bercelana” dan “kemaluanku hilang berganti bambu” bisa menggambarkan kehilangan sesuatu yang esensial dalam diri, mungkin maskulinitas, harga diri, atau bahkan identitas pribadi.
- Penggantian dengan “bambu” bisa melambangkan sesuatu yang lebih kuat, keras, atau bahkan terkait dengan sejarah perjuangan (bambu runcing?).
- Distorsi Realitas
- “istriku berganti jadi ular naga” mungkin mencerminkan perubahan drastis dalam hubungan, ketakutan, atau bahkan pengkhianatan.
- Keseluruhan puisi ini menampilkan dunia yang surealis dan penuh dengan absurditas, seakan-akan menggambarkan mimpi buruk atau krisis psikologis.
- Mencari Jawaban dalam Kekacauan
- “nomor-nomor tak dimengerti” dan “kutanyakan ragu kepada kursi” memperlihatkan kebingungan dan ketidakmampuan untuk menemukan jawaban dalam situasi yang absurd.
- “Kursi” bisa melambangkan kekuasaan atau otoritas yang tak bisa memberikan jawaban pasti.
- Warisan dan Sejarah
- Bagian terakhir menampilkan “wajah kakek penuh garam” dan “bambu runcing diarahkannya ke laut”.
- Ini bisa menunjukkan hubungan dengan sejarah perjuangan Indonesia, di mana “garam” bisa melambangkan pengalaman pahit, dan “bambu runcing” sebagai simbol perjuangan kemerdekaan.
- “di ujungnya kemaluanku berkibar” bisa mengisyaratkan bahwa identitasnya sekarang terkait dengan sesuatu yang lebih besar, mungkin semangat perjuangan atau nasionalisme.
Gaya dan Struktur
- Puisi ini sangat eksperimental dan absurd, mirip dengan gaya surealisme.
- Banyak permainan metafora yang menggabungkan elemen personal, sejarah, dan ketidaksadaran.
- Menggunakan diksi yang tajam dan imajinasi liar untuk membangun suasana surealis dan mengundang pembaca untuk merenung.
Kesimpulan:
Puisi ini bisa ditafsirkan sebagai refleksi identitas, krisis eksistensial, atau bahkan kritik sosial dalam bingkai absurditas. Gol A Gong dikenal sebagai sastrawan yang memiliki gaya unik, dan puisi ini memperlihatkan sisi surealis dan eksperimentalnya dengan kuat.
Tim GoKreaf/AI
