Oleh Muhzen Den

Bulan Ramadan adalah bulan penuh berkah dan ampunan. Bagi umat muslim yang melakukan ibadahnpuasa wajib ini akan mendapatkan pahala tak terhingga dari Allah SWT. Namun, pada momen penuh rahmat ini ada saja orang-orang melakukan hal yang kurang berfaedah, bahkan bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain.

Apakah hal kurang berfaedah dan membahayakan itu? Ya, perang sarung. Biasanya, anak-anak atau remaja tanggung setelah salat tarawih bukannya pulang malah asyik nongkrong dengan teman-temannya lalu bercanda. Tapi, gaya bercandanya ini kurang baik dicontoh.

Misalnya memainkan kain sarung yang diikat ujungnya untuk dijadikan senjata saling cambuk-cambuk antarteman berujung pada aksi serius. Awalnya bercanda, tapi akhirnya saling ejek dan terjadilah perkelahian atau perang sarung tersebut.

Sebenarnya perang sarung ini tidak jadi masalah serius jika hanya sekadar bercanda. Namun, masalah lebih serius jika antar-kelompok anak-anak atau remaja tanggung ini saling serang sehingga terjadi tawuran. Hal seperti ini yang disalahpahami dari makna perang sarung itu.

Tradisi Bugis

Perang Sarung Bugis adalah salah satu tradisi unik berasal dari Sulawesi Selatan. Tradisi ini tidak hanya sekadar pertarungan fisik, tetapi juga memiliki makna mendalam dalam budaya lokal. Dalam konteks sosial masyarakat Bugis, Perang Sarung menjadi simbol keberanian, kehormatan, dan persatuan.

Menurut Wikipedia, perang sarung adalah sebuah jenis tawuran memakai alat berupa kain sarung yang diikat pada bagian ujungnya diisi dengan batu, gir motor, atau senjata tajam biasanya dilakukan pada bulan Ramadan. Dalam permainan tersebut, para pemain saling gebuk dengan sarung ke masing-masing tubuh lawannya secara bergantian. Saat lawan memukul, pemain lainnya menangkis dengan sarung. Permainan tersebut berakhir kala salah satu pemain ada yang mengangkat tangan tanda menyerah atau sarungnya terjatuh. Masing-masing kubu harus menghentikan permainan, jika lawan ada yang sudah menyerah.

Bahayanya

Tawuran, pengeroyokan, dan perang sarung seringkali melibatkan kekerasan fisik yang dapat menyebabkan luka-luka serius, cacat permanen, bahkan kematian. Tidak hanya itu, tindakan-tindakan ini juga dapat meninggalkan trauma psikologis mendalam bagi para korban maupun pelaku.

Makanya, jangan coba-coba atau menirukan perang sarung jika tidak ada manfaatnya. Apalagi dijadikan momen untuk saling serang antar-kelompok karena ketersinggungan maupun lainnya sehingga berujung tawuran. Janganlah menyakiti diri sendiri dan orang lain. Sebab Allah SWT tidak suka, apalagi orangtua kita jika terjadi hal yang buruk. Jangan ya!

(Berbagai sumber)

Please follow and like us:
error70
fb-share-icon0
Tweet 5