Setiap puasa, apa yang paling kira rindukan? Berburu takjil ke pasar. Juga tarawih, malam lailatul qadar, malam takbirna, dan lebaran dengan baju baru- angpau – ketupat.

Nah, tentu di sela-sela itu ada tradisi yang sudah bukan lagi mitos atau legenda. Ini nyata. Yaitu mudik. Kata “mudik” merupakan singkatan dari “mulih dhisik” yang berarti “pulang ke desa”. Istilah ini berasal dari bahasa Jawa Ngoko. Selain itu, kata “mudik” juga diartikan sebagai “ke udik” atau “pulang ke kampung halaman”

Saya mulai mudik pada 2001. Istri – Tias Tatanka – orang Solo. Kami tinggal di Kota Serang, Banten. Ketika 2 anak – Nabila (3 tahun) dan Gabriel (2 tahun) sudah siap naik bus, maka kami mudik naik bus. Pertama kali naik bus, Nabila nangis. Kami beli 4 kursi. Bukuk dan mainan kami bawa agar mereka tetap nyaman.

Mudik kedua tahun 2002. Saya saat itu bekerja di RCTI mendapatkan jatah mobil. Dengan mobil baru itu, kami mudik ke Solo. Saat itulah pertama kali saya menyetir sendiri, Kota Serang – Solo. Kami berhenti di Tegal, tidur – tepatnya istirahat – semalam. macetnya lura biasa di Pantura.

Ketika bujangan, saya beberapa kali ikut liputan. Saya pernah naik kereta Jakarta – Cirebon dan Tanah Abang – Merak. Wah, seperti ikan sarden. Berjejal, panas, bau, dan segala rupa. Kadang saya heran, kenapa harus bercapek-capek pulang kampung?

Ternyata mudik adalah tradisi masyarakat Indonesia untuk pulang ke kampung halaman, biasanya menjelang Lebaran. Mudik merupakan kegiatan silaturahmi dengan kerabat di kampung halaman. Juga tentu pamer keberhasilan karena sukses di tanah rantau. Saat berkumpul makan ketupat, wajah-wajah bahagia memancar. Saya merasakannya saat mudik dulu.

.Asal-usul istilah “mudik” di Indonesia:

  • Istilah “mudik” muncul di Indonesia pada zaman kolonial Belanda. 
  • Menurut Antropolog Universitas Gajah Mada (UGM), Prof Heddy Shri Ahimsa Putra, kata “mudik” berasal dari bahasa Melayu “udik” yang artinya hulu atau ujung. 
  • Masyarakat Melayu yang tinggal di hulu sungai pada masa lampau sering bepergian ke hilir sungai menggunakan perahu atau biduk. 
Please follow and like us:
error70
fb-share-icon0
Tweet 5

ditulis oleh

golagong

Duta Baca Indonesia 2021-2025 - Penulis 125 buku - Motivator Menulis - Pendiri Rumah Dunia