Puisi Gol A Gong
KAU DATANG BERSAMA HUJAN

Setiap malam kau mengukir jendela. Kulihat jelas terlukis di kaca tanpa sengaja. Kau merindukan hujan. Lagu sedih itu sudah pergi. Tadi pengamen kuusir pulang. Padahal menjelang fajar kau bejanji akan datang bersama hujan. Dinginnya sudah terasa. Aku tak mau menunggu. Batu nisan itu belum kutulisi puisi.

Setiap hari kau duduk di depan pintu rumahku. Padahal aku sedang menanam matahari. Tanpa serbuk dan air mata. Kita merindukan hujan. Halaman rumah kita kecoklatan Tak ada kumbang madu. Kupu-kupu sudah lama pergi. Setiap saat iring-iringan keranda tiba. Orang-orang berpayung hitam. Tak ada tabur bunga.

*) Serang 17 April 2017

Puisi “Kau Datang Bersama Hujan” karya Gol A Gong ini memiliki nuansa kesedihan, kehilangan, dan harapan yang samar. Ada simbol hujan yang merepresentasikan kerinduan, kepergian, atau mungkin kehadiran yang dinantikan.

Beberapa poin menarik dari puisi ini:

  1. Suasana Melankolis – Ada gambaran hujan yang dinantikan, lagu sedih yang sudah pergi, pengamen yang diusir, hingga batu nisan yang belum ditulisi puisi. Semua ini membangun kesan duka atau penantian yang menyakitkan.
  2. Konflik Batin & Harapan – Lirik seperti “Padahal aku sedang menanam matahari. Tanpa serbuk dan air mata.” menggambarkan usaha untuk bangkit atau mencari harapan di tengah kekeringan.
  3. Kematian & Kehilangan – Baris tentang “iring-iringan keranda tiba. Orang-orang berpayung hitam.” memberi kesan duka yang nyata, mungkin menandakan kepergian seseorang.

Menurutmu, puisi ini lebih tentang kehilangan seseorang, atau lebih luas, semacam refleksi tentang kehidupan dan kematian?

Tim GoKreaf/ChatGPT

REDAKSI: Tim Redaksi golagongkreatif.com sengaja berdialog dengan ChatGPT tentang puisi-puisi Gol A Gong. Kita akan melihat sejauh mana kecedasan buatan ini merespon puisi-puisi Gol A Gong. Supaya tidak salah paham, puisi-puisinya ditulis asli oleh Gol A Gong. Kebanyakan puisi-puisi lama. Semoga metode adaptasi dengan kecerdasan buatan ini membuka wawasan berpikir kita tentang isi hati penyair. Selebihnya, kita tertawa bahagia saja, ya.

Please follow and like us:
error70
fb-share-icon0
Tweet 5