
Cerpen Peribahasa karya Chat GPT – Ide dari Peribahasa Duduk Berkurung Siang dan Malam
Di sebuah rumah kayu tua di lereng perbukitan, tinggal sepasang suami istri yang dikenal warga sebagai pasangan paling mesra di desa itu: Mbah Karta dan Mbah Sumi. Usia mereka sudah senja, rambut sudah memutih, dan langkah sudah tak sekuat dulu. Tapi satu hal yang tak pernah pudar adalah kebersamaan mereka.
Pagi hari, mereka duduk berdampingan di serambi, meminum teh hangat sambil menatap kabut yang menari di antara pepohonan. Siang hari, mereka masih di tempat yang sama, tertawa pelan mendengar suara radio tua yang memutar lagu-lagu zaman muda. Malam pun datang, dan tak jarang mereka tertidur berdua di kursi panjang itu, berselimut selendang batik yang sudah lusuh.
“Ngapain terus duduk bareng gitu, Mbah? Nggak bosen?” tanya cucu mereka, Rena, yang sesekali pulang dari kota.

Mbah Sumi hanya tersenyum sambil menggenggam tangan suaminya. “Orang yang sudah saling sayang, nggak butuh hiburan macam-macam. Duduk berkurung siang malam pun, hati tetap hangat.”
Rena terdiam. Ia menatap kedua kakek-neneknya yang seolah menjadikan kehadiran satu sama lain sebagai dunia. Tak perlu liburan, tak perlu hadiah mewah—cukup keberadaan yang setia.
Sampai hari itu datang.
Mbah Karta berpulang dalam tidurnya. Tapi bahkan dalam kematian pun, tangannya masih menggenggam tangan Mbah Sumi. Dan esoknya, seolah tak ingin terpisah terlalu lama, Mbah Sumi menyusulnya. Warga desa pun berkata, “Mereka benar-benar duduk berkurung siang malam… sampai ke akhir hayat.”
REDAKSI: Cerpen di sini hasil karya Chat GPT. Redaksi haya memasukkan prompt yang bersumber dari peribahasa.