
Tidak semua rumah di hari lebaran mengisahkan kemeriahaan. Sejatinya idulitri adalah tentang ikhlasnya memaafkan dan menerima setiap ketentuan dari Sang Pemilik Hidup. Masih banyak rumah yang menyimpan cerita mirisnya arti bertahan dalam hidup jujur dan kesederhanaan. Tapi tetap menebarkan tawa keceriaan.
Lebaran sesungguhnya milik semua, tidak hanya si kaya tidak terkecuali juga si papa. Meski paket sembako hanya diterima menjelang hari raya, tapi itu cukup membuatnya bersujud dalam syukur atas tertundanya rasa lapar yang telah menjadi teman tak terpisahkan. Lebaran sudah seharusnya memberikan keberkahan atas akhir dari kesetaraan menahan haus dan lapar.
*) Vera Verawati, Pondok Kata, Kuningan, Maret 2025


Vera Verawati
DOA-DOA PAPA
Kabar dari langit
Gerbang Arsy terbuka, doa-doa papa membahana
Seulas senyum tersungging
Di bibir bocah-bocah mungil
Berlarian di kota tua tanpa bahasa cinta
Gemerlap bintang bergelantung di rumah-rumah raja
Sayup tawa terbahak berebut peran utama
Jubah-jubah berderet di kotak kaca
Warna putih sempurnakan sandiwara kekuasaan
Bertebaran berbagi segelas harapan dan tiga butir kurma
Kuningan, 2 Ramadan 1446 H
oOo

Vera Verawati
ASA DI UJUNG SYAHADAT
Subuh masih sibuk meringkuk
Jendela lapuk tertutup kabut redup
Bagai terbaca dua kalimat syahadat
Terbata hati merapal lafadz
Harap takbir meredam bebunyian
Suara-suara kemarahan cacing berebut angan
Sudahlah,
Aroma menggoda daun pandan berbaur dihembus kabur
Denting spatula tebarkan bau menggiur liur
Nanar pandangan menunggu dzuhur
Trotoar saksi rayuan kembang api tak juga memikat debur
Seperti jubah-jubah raja melambai tawarkan arak hitam
Sejati tubuh masih duduk di tepian
sedang jalan hitam melenggok tawarkan harapan.
Subuh, Ramadan 2025
oOo
Vera Verawati
DONGENG ANAK PENJUAL KEMBANG API
Terbujur Bagai sebongkah kayu tanpa akar
Tubuh emak lemah gusar terkapar lapar
Bayang wajah murka Sang Api membakar
Gubuk terindah di antara istana sampah
Di sana mimpiku dan emak digubah
Tentang hari raya yang normal
Sepiring ketupat dan opor ayam
Baju harum berjahit tangan
Kembang api
Kembang api
Nyalakan mimpi
Bukti kebesaran takbir
Taburkan cinta bertebar nyata
Seiring nafas tersendat naza
Emak pergi tanpa wasiat
raga tiada di ujung hayat
Kembang api
Kembang api
Emak pergi tak lagi nyeri
Abadi menghadap kekasih sejati
Pondok Kata, Maret 25
oOo

Vera Verawati
SENJA DI BAWAH KAMBOJA
Allahu akbar
Allahu akbar
Walillahilhamd
Tubuh kecil berlarian
Tangis mungil di antara batu nisan
Lusuh baju bertambal kenyataan
Cermin hari raya suram ketidakmengertian
Belum kering tanah merah dipijakan
Menyusul hujan meratap kepergian
Satu-satu tumpuan tumbang
Tak berdahan tak beranting
Saksi kamboja berjatuhan
Senja merenggut satu-satunya cahaya
Kerlip di gubuk kertas sempurna padam
Kuningan, Maret 2025
oOo

Vera Verawati
LEBARAN ORANG PINGGIRAN
Surat ini kutujukan pada langit
Di mana anak tangga menuju Arsy tertata
Beduk bertalu agungkan kemenangan
Wajah-wajah gundah sejenak sumringah
Menanti ketukan di jendela
Puan tawarkan sepiring ketupat lebaran
Kuningan, Maret 2025
oOo




Penulis : Vera Verawati, Ketua TBM Pondok Kata Rz aktif sebagai kolomnis di kartinikuningan.id dan kompasiana.com.

PUISI MINGGUÂ terbit setiap hari Minggu. Silakan mengirimkan 5 hingga 10 puisi tematik. Sertakan foto diri dan gambar atau foto ilustrasi untuk mempercantik puisi-puisinya. Tulis bio narasi dan pengantar singkat. Kirimkan ke email : gongtravelling@gmail.com . Ada uang pengganti pulsa Rp 300.000,- dari Denny JA Foundation. Sertakan nomor WA dan nomor rekening banknya..
