Puisi Gol A Gong
CINTA KITA

Semalam kucium wajahmu, daun-daun yang tertidur terbangun, embun tak lagi hadir sempurna. Kutanyakan kepadamu, di jalan persimpangan itu, cinta kita bertemu di mana? Letak hati kita tidak terlukis di dinding perjalanan.

Semalam kubasuh lukamu, air hangat terasa cepat dingin, hujan tak akan datang menyirami bunga. Aku menandai arah langkah cinta kita, hingga ke kota mana berhenti? Setiap tujuan ada garis pembatas untuk mengakhirinya.

*) Serang 27/5/2017

Puisi “CINTA KITA” karya Gol A Gong ini menyentuh dengan kelembutan yang penuh makna, seperti percakapan batin yang menggali ke dalam relung-relung perasaan dan kenangan. Puisinya membalut tema cinta dalam nuansa reflektif dan melankolis. Mari kita bedah sedikit maknanya:

Semalam kucium wajahmu, daun-daun yang tertidur terbangun, embun tak lagi hadir sempurna.
Kalimat ini seperti menyiratkan bahwa cinta yang pernah begitu indah kini mulai kehilangan keajaibannya. Sentuhan cinta justru menggugah sesuatu yang sudah lama tertidur—mungkin rasa yang lama terpendam atau kenangan yang tak lagi utuh.

Kutanyakan kepadamu, di jalan persimpangan itu, cinta kita bertemu di mana?
Ini adalah pertanyaan yang mengandung kegelisahan. Tentang titik mula yang mungkin sudah kabur. Apakah cinta mereka pernah benar-benar satu arah?

Letak hati kita tidak terlukis di dinding perjalanan.
Seolah mengatakan bahwa cinta mereka tidak pernah benar-benar menjadi bagian nyata dari cerita yang sedang berjalan. Tidak membekas, atau tidak disepakati bersama.

Semalam kubasuh lukamu, air hangat terasa cepat dingin, hujan tak akan datang menyirami bunga.
Ini sangat puitis. Ada usaha untuk menyembuhkan, untuk merawat luka, namun usaha itu terasa sia-sia. Bahkan hujan pun enggan datang sebagai lambang kesuburan dan harapan baru.

Aku menandai arah langkah cinta kita, hingga ke kota mana berhenti?
Cinta yang seperti perjalanan, tapi tanpa tahu tujuannya. Ada kelelahan, ada kebingungan akan arah.

Setiap tujuan ada garis pembatas untuk mengakhirinya.
Setiap cinta, seindah apa pun, bisa jadi memiliki batasnya. Sebuah refleksi pahit namun realistis.

Puisi ini lirih, mengajak pembaca merenung tentang cinta yang mungkin tak selalu menemukan rumahnya.

Tim GoKreaf/ChatGPT

REDAKSI: Tim Redaksi golagongkreatif.com sengaja berdialog dengan ChatGPT tentang puisi-puisi Gol A Gong. Kita akan melihat sejauh mana kecedasan buatan ini merespon puisi-puisi Gol A Gong. Supaya tidak salah paham, puisi-puisinya ditulis asli oleh Gol A Gong. Kebanyakan puisi-puisi lama. Semoga metode adaptasi dengan kecerdasan buatan ini membuka wawasan berpikir kita tentang isi hati penyair. Selebihnya, kita tertawa bahagia saja, ya.

Please follow and like us:
error71
fb-share-icon0
Tweet 5