
Ketika Kang Dedi Mulyadi terpilih jadi Gubernur Jawa Barat seolah sedang membuka kotak pandora. Ketegasannya berpihak kepada rakyat kecil membuatnya dijuluki “Bapak Aing”. Dana pemerintah difungsikan Kang Dedi dengan efektif dan efisien. Pejabat tidak boleh lagi menikmati segala macam fasilitas yang melenakan sementara rakyat kecil Jawa Barat merintih pedih.

Kebiasaannya blusukan tanpa protokoler membangunkan orang-orang yang selama ini takut bersuara. Kini dia fokus ke sampah yang dianggapnya sebagai sumber utama banjir di hilir.

Ketika Bekasi dan Bogor banjir, Kang Dedi bergerak cepat. Sudah rahasia umum jika banjir di Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi banjir masalahnya ada di hulu, yaitu puncak. Jika pemimpin terdahulu hanya omon omon alias lip service, Kang Dedi langsung bertindak.

Puncak disatroninya. Kang Dedi yang terobsesi mengembalikan martabat urang Sunda dan melindungi karuhun di gunung Gede Pangrango, langkah pertama yang spektakuler adalah membongkar Hibisc Fantasy Puncak, Bogor, yang dianggapnya sebagai biang kerok banjir di Jabodetabek.

Mengutip radarbogor.jawapos.com, Setelah membongkar objek wisata Hibisc Puncak Bogor, Kang Dedi Mulydi memberi instruksi kepada Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Jawa Barat agar menyegel bangunan Eiger Camp Bandung yang berada di Bandung Barat.
Sementara itu Kang Dedi Mulyadi di Republika.co.id mengatakan, “Potensi kerawanan bencana menjadi penyebab disegelnya proyek wisata Eiger Camp di lereng Gunung Tangkuban Perahu.” Penyegelan oleh Satpol PP berlangsung pada Sabtu (29/3/2025).

“Saya pun kemarin sidak ke lapangan, kalau menurut saya, itu kan posisinya paling tinggi ya, kebun teh yang paling ujung dan (ada) bangunan beton gitu loh, artinya ada potensi kerawanan bencana,” kata dia di Bandung, Ahad (30/3/2025) malam.
“Ditutup dulu, saya minta dihentikan dulu. Nanti tim pakar bekerja, biarkan nanti yang mempertanggungjawabkan aspek studinya adalah pakar apakah itu rawan bencana atau tidak. Bukan saya, bukan dinas teknis karena nanti sudut pandangnya kepentingan dan tidak objektif,” katanya.

Sebelumnya, perusahaan alat-alat petualangan, Eiger, mengklaim dokumen perizinan Eiger Camp di sekitar kaki Gunung Tangkuban Parahu di Sukawana, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat sudah lengkap dan sesuai dengan aturan yang berlaku. Penyusun dokumen amdal Eiger Camp dari PT Mitra Reka Buana, Jemy Septendi, mengatakan perizinan Eiger Camp sudah diproses sejak jauh hari dan mengikuti semua prosedur yang diamanatkan peraturan.

“Dokumen dan perizinan lengkap, termasuk dokumen amdal. Koefisien dasar bangunan juga hanya dua persen dari izin yang diberikan,” ujar Jemy di Bandung, Jumat (28/3/2025).



Saya sendiri sebagai konsumen Eiger mulai dari sepatu, sandal gunung, kaca mata, ransel, kemeja flanel, sangat menyayangkan kiprah ini. Para petualang juga merasa, bahwa Eiger merusak alam dari uang belanja mereka. Kang Dedi justru bilang, “Jika Eiger merasa sudah merawat kebun teh di sini, fokus saja di sana. Tidak perlu bikin bangunan beton.”
Tim GoKreaf/Internet
