
Ketika Erick Thohir dengan integritasnya di sepakbola dunia diakui terpilih jadi Ketua Umum PSSI 2023-2027, seketika sepak bola Indonesia berkembang pesat. Gaya kepemimpinannya yang terbuka menjadikan PSSI jadi milik publik. Si pembenci dan yang mencintai berkumpul untuk menyemangati Timnas Indonesia maju ke pentas dunia dengan caranya masing-masing.


Untuk naik kelas, jalan pintas memanggil pulang para pemain level dunia di Eropa dipanggil pulang. Anak-anak muda yang memiliki orang tua dari Indonesia hingga kakek-nenek mereka dari Indonesia atau lahir di Indonesia, dengan suka-cita menerima pinangan PSSI untuk pulang membela Timnas Indonesia.
Ini fenomena menarik. Timnas Sepak Bola Indonesia kini tidak melulu diisi oleh pemain yang lahir di Indonesia, orang tua Indonesia, dan besar di klab sepakbola serta berkiprah di liga Indonesia, tapi kini pemain diaspopra yang berlaga di klab-klab Eropa mewarnai. Ini terjadi di hampir semua timnas di dunia. Timnas Perancis dulu dikenal dengan “legiun asingnya”. Kiper Jepang sekarang berkulit hitam.

Lapangan hijau jadi karpet baru tempat kita sebagai orang Indonesia menaruh harapan. Talenta muda dengan darah dunia menggelorakan aroma patriotisme. Pemain ke-12 menggila di setiap stadion; mereka ikut menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Teriakan mereka ibarat suntikan darah segar dan membuat kerangka baja stadion bergoyang ibarat kena gempa.
Sekarang yang terpenting adalah mendoakan para pemain sepakbola di semua jenjang umur, apakah mereka bedarah 100% Indonesia atau setengahnya, yang terpenting adalah mereka siap mati di lapangan sepak bola untuk Indonesia. Mereka adalah patriot bangsa yang kita cintai: Indonesia.
Gol A Gong




