Saya rasa setiap orang mengalami proses pencarian Tuhan yang sama; gelisah, bingung, marah, kesal, rindu, cinta. Maka metode muhasabah atau refleksi diri sangatlah disarankan. Saya menuliskannya dalam dua baris kalimat:

Setiap malam kita mengeja kitab yang sama
tapi tak pernah menemukan-Mu

Setiap malam kita mengeja kitab yang sama bagi saya adalah seolah sebuah rutinitas spiritual atau pencarian makna yang terus berulang, tak ada akhirnya kecuali ajal datang menjemput.

Tapi tak pernah menemukan-Mu itu muncul dari perenungan bahwa Tuhan tidak perlu dicari. Itu juga menyiratkan kerinduan, kehilangan, atau bahkan pencarian terhadap sesuatu (atau seseorang atau juga Tuhan) yang tak kunjung hadir, meski segala usaha telah dilakukan.

Saya teringat sebuah hadis yang melarang kita memikirkan Dzat Allah:

  • “Tafakkuruu fii khalqiLlahi wa laa tafakkaruu fiiLlahi”, yang artinya “berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah, dan janganlah kamu berpikir tentang Dzat Allah”. Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dari Ibnu Abbas.

Kata Bapak, “Tuhan tidak perlu dipikirkan. Imani saja. Percaya saja dan lakukan perintah-Nya. Insya Allah, itu akan membuat kita tenang dan bahagia.”

Gol A Gong

Please follow and like us:
error71
fb-share-icon0
Tweet 5