
Setelah salat Ied 1 Syawal 1446 H yang jatuh pada Senin 31 Maraet 2025, ayahku ngajak kami sekeluarga untuk city tour di Jakarta. Ayah yang dulu lama tinggal dan kerja di Jakarta ingin nunjukin kota ini ke kami, mumpung Jakarta lagi sepi katanya, karena banyak yang mudik. ayahku mengajak kami naik-turun KRL alias commuter line. Aku pernah naik KRL sewaktu di Singapura.


Aku sih seneng banget karena emang suka jalan kaki dan keliling kota. Dulu, masa kecil aku sering diajak ayah traveling keliling Jawa, Sumatera, bahka di Singapura, baik itu buat kerjaan atau liburan. Meski sekarang keluarga kami gak lengkap karena satu kakakku kuliah di Abu Dhabi, ajakan city tour naik-turun KRL ini bener-bener bikin aku nostalgia.


Perjalanan kemarin dimulai naik KRL dari Stasiun Gondangdia menuju Manggarai. Ayahku cerita kalau stasiun Manggarai ini salah satu yang tertua di Jakarta. Kalau dilihat dari bangunannya sih, memang keliatan banget kalau udah tua.. Tapi yang bikin aku takjub adalah, meskipun begitu, stasiun ini tetep terjaga dan bersih.



Aku suka banget, menurutku ini adalah bentuk penghargaan terhadap sejarah kota Jakarta. Stasiun ini juga mengikuti perkembangan teknologi, dimana sekarang penumpang udah gak perlu cetak tiket lagi, kita bisa tinggal pakai e-ticket atau bahkan bayar pakai e-money kayak Gopay. Canggih banget, kan?

Selama perjalanan naik KRL, aku jadi mikir gimana Jakarta bisa terus berkembang tanpa menghilangkan nilai-nilai sejarah. Rasanya seru bisa menikmati perjalanan dengan kereta yang modern tapi melalui stasiun-stasiun yang penuh sejarah. KRL juga nyaman banget buat dipakai berkeliling kota, apalagi kalau kita udah paham rutenya. Perjalanan jadi lebih cepat dan praktis, gak perlu khawatir lagi soal macet.


Aku juga merasa lebih menghargai betapa pentingnya transportasi publik di sebuah kota. Betapa pentingnya sistem transportasi yang bisa diakses oleh banyak orang, terutama dengan kondisi kota yang padat, kayak Jakarta.


Selain bisa menghindari macet, perjalanan dengan KRL juga bikin kita lebih hemat waktu dan biaya gak sih? Mungkin, kalau lebih banyak orang yang mulai beralih ke transportasi publik, kita bisa bantu mengurangi polusi di Jakarta dan membuat kota ini jadi lebih nyaman.
*) Kota Serang 4 April, penulis adalah mahasiswi Pendidikan Bahasa Korea, UPI Bandung



