
Sering orang membuang kesempatan untuk mengenalkan karakter tokoh di kalimat pembuka sebuah novel atau cerita pendek. Perlukah menenalkan karakter tokoh secepat itu? Saya kira strategi ini perlu dicoba. Misalnya kita membuka sebuah novel dengan kalimat:
Bulan jatuh di pekuburan itu. Cahaya peraknya memantulkan bayangan menakutkan pepohonan.
Kalimat di atas ada masalah? Tidak ada. Dan boleh saja dicoba. Tapi kita coba teknik menulis kedua, ya, yaitu dengan memasukkan karakter tokoh ke dalam kalimat di atas:
Pak Bongkok terus menggali lubang ketika bulan jatuh di pekuburan itu. Dia tidak peduli dengan cahaya peraknya yang memantulkan bayangan menakutkan pepohonan. Pelan-pelan cahaya itu mengubah wajahnya.

Bagaimana? Rasanya berbeda? Dua teknik menulis itu perlu kita coba dan kuasai. Yang pertama kita menonjolkan latar tempat saja, teknik menulis kedua memasukkan karakter tokoh di dalam latar tempat. Silakan dicoba.
Gol A Gong

