
Di sebuah desa kecil di pinggiran hutan, hiduplah seorang pemuda bernama Raka. Ia adalah anak yatim piatu yang tumbuh dalam kemiskinan, namun dikenal ramah dan pekerja keras. Meski hidup susah, Raka tak pernah mengeluh. Ia bekerja serabutan—mengangkat kayu, membersihkan ladang, apa saja asal halal.
Suatu hari, saat hujan deras mengguyur desa, Raka berteduh di sebuah warung makan milik seorang wanita tua bernama Mak Rini. Warung itu kecil, sederhana, tapi hangat dan penuh aroma sedap. Melihat Raka yang basah kuyup dan kelaparan, Mak Rini menyuguhkan sepiring nasi hangat dan sayur bening tanpa memungut bayaran.
“Anggap aja ini rezeki yang numpang lewat,” katanya sambil tersenyum.
Sejak hari itu, Mak Rini sering memberi Raka makan dan bahkan mempekerjakannya membantu di warung. Dari cuci piring hingga melayani pembeli, Raka melakukannya dengan tulus. Lambat laun, warung itu jadi lebih ramai, dan Raka pun mulai belajar memasak.
Tahun demi tahun berlalu. Raka tumbuh jadi pria dewasa dengan impian besar. Ia bercita-cita membuka rumah makan sendiri. Dengan bekal pengalaman dan sedikit tabungan, ia membuka warung kecil tak jauh dari tempat Mak Rini.
Warung Raka tumbuh cepat—makanan enak, pelayanan cepat, dan harga bersahabat. Tapi lambat laun, ia mulai melupakan dari mana ia berasal. Ia tak lagi menyapa Mak Rini, bahkan diam-diam menurunkan harga makanannya agar warung Mak Rini sepi pengunjung.

Suatu malam, Raka melihat warung Mak Rini tutup lebih awal dari biasanya. Ia mendengar kabar bahwa Mak Rini sakit dan tak mampu lagi berdagang. Saat itu, ia berdiri lama di depan warung tua itu, teringat sepiring nasi pertama yang pernah ia terima saat hujan badai bertahun lalu.
Hatinya remuk.
Keesokan harinya, ia datang ke rumah Mak Rini dengan membawa makanan dan tangisan yang tertahan.
“Maafkan aku, Mak. Aku lupa dari mana aku datang… lupa siapa yang pernah memberiku makan saat aku tak punya apa-apa.”
Mak Rini tersenyum lemah. “Tempat makan jangan dibenahi, Nak. Rezeki itu bukan buat dimakan sendiri. Kau ingat sekarang, itu sudah cukup.”
Sejak hari itu, Raka menutup warungnya untuk beberapa hari, lalu membuka kembali dengan konsep baru: warung gabungan. Di papan depan tertulis: “Warung Mak Rini & Raka – Makan Dengan Hati.”
Tim GoKreaf/Chat GPT

