Oleh: Zaeni Boli

Kita, orang Indonesia, memang gampang ikut arus. Ada yang viral sedikit, langsung diikuti tanpa mempertimbangkan asal-usulnya. Padahal, bukankah sebagian besar umat Islam mengutuk tindakan Israel—yang notabene adalah Yahudi—atas perbuatannya terhadap kaum Muslim di Palestina?

Oke, ini bukan soal pandangan politik atau keberpihakan semata. Tapi, penting bagi kita—sebagai orang Indonesia—untuk melek literasi, terutama yang berkaitan dengan budaya-budaya dunia. Dalam sebuah hadist (kalau tidak salah), umat Islam dilarang mengikuti kebiasaan orang-orang Yahudi atau Nasrani. Namun di era sekarang, yang penting viral—pasti kita coba ikuti, tanpa mencari tahu dulu asal-usulnya.

Seperti fenomena tarian Pemanggil THR, yang ternyata berasal dari tarian Yahudi bernama Tarian Hora. Meski serupa tapi tak sama, Tarian Hora sendiri menggambarkan suasana kegembiraan dan kebersamaan. Gerakannya sederhana: lompat ke kanan dan ke kiri, lalu mundur satu kali dan maju ke depan—seolah ingin “mengambil” THR—dengan iringan musik yang asyik.

Tapi, yang asyik-asyik belum tentu baik. Kita boleh belajar menahan diri dari sesuatu yang tidak baik. Bukan berarti kita sudah sempurna, tapi saling mengingatkan itu penting—apalagi kalau ada saudara kita yang mungkin sedang khilaf.

Bisa jadi tren ini akan lekas berganti, dan kesalahan akibat ketidaktahuan bisa dimaafkan. Tapi, lagi-lagi, sebagai pengingat bersama: sesuatu yang viral atau tren, tidak harus selalu diikuti. Ada baiknya kita kembali ke jati diri bangsa dan agama, apalagi kita baru saja merayakan Hari Raya Idulfitri.

Semoga amal ibadah kita di bulan Ramadan tidak sia-sia, hanya karena ketidaktahuan dalam bersikap dan bertindak.

Please follow and like us:
error71
fb-share-icon0
Tweet 5