Sejak hari Jum’at, 4 April 2025, aku menanyakan kepada anak dan istri, “Mau makan siang di luar nggak Sabtu besok? Kalau mau, kita ke Pucuk Pare Resto di Pandeglang.” Tentu saja mereka menyambut gembira usulanku.

Kami meluncur dari Rumah Dunia pukul 11.00 WIB. Kami membeli roti dan minuman dulu di mini market untuk mengganjal perut dan mengisi bensin petramax. Kemudian meluncur ke arah Pandeglang. Sesampainya di depan Banten International Stadium, barulah sadar bahwa masih dalam suasana libur lebaran. Lumayan macet, tapi tetap meluncur walaupun pelan.

“Om Gong, mau pesen apa?” Ade Irawan, pemilik Pucuk Pare Resto, mengirim pesan lewat WA. Daftar menu pun dikirim. “Supaya Om Gong dan keluarga datang, makanan sudah disiapkan.Langsung makan.”

Tias dengan cekatan menghimpun pesanan kami – makan dan minuman. Sepanjang perjalanan, perut sudah nagih. Roti ternyata tidak ampuh mengganjal makan siang.

Melewati alun-alun Pandeglang, terus ke arah Labuan. Di pertigaan Mengger, kami mengambil arah ke Carita jalur Mandalawangi-Caringin. Nah, di pertengahan Mengger-Mandalawangi, deket Cikoromoy, di sebelah kanan ada Pucuk Pare Resto.

Nabila dan Natasha langsung berdecak kagum karena begitu mobil yang dikendarai Jordy masuk ke pelataran parkir Pucuk Pare Resto, terhampar sawah dan membentur gunung Karang. Tempatnya luar biasa mewah alias mepet sawah. Seperti Lukisan Mooi Indie – aliran seni lukis yang menggambarkan keindahan alam Indonesia, khususnya pada masa Hindia Belanda. Aliran ini juga dikenal sebagai Hindia Molek atau Hindia Elok.

“Nggak nyesel ke sini, walaupun tadi macet!” seru Nabila si sulung yang lulusan FISIP Sun Yat Sen University Ghuangzhou, Tiongkok. “Aku mau jalan ke sawah!” pekiknya.

Natasha si bungsu yang kuliah di Pendidikan Bahasa Korea, UPI Bandung menyerukan hal sama. “Nyesel nggak bawa salin!” katanya. Aku juga mengiyakan, kenapa nggak bawa salin. Jordy yang kuliah di Akademi Film Jogja juga lupa bawa drone. Kami tidak menyangka tempatnya akan semegah ini indahnya.

Sebelum kami menikmati keindahan di kaki gunung Karang ini, kami menikmati dulu makan siang. Sudah pukul 13.30 WIB. Saatnya makan siang, jangan sampai maag kambuh. Sayang, putra nomor 2 – Gabriel dan Aima yang sedang kuliah di Abu Dhabi sedang umroh.

Kami memang rindu alam bebas. Terakhir kami menikmati alam bebas ketika ke Dieng, naik ke Sikunir untuk menikmati fajar alias sunrise. Kami tenggelam dengan kesibukan di kota besar, berinteraksi dengan benda-benda modern hingga melupakan indahnya gunung, harumnya pucuk-pucuk padi.

Ya, Pucuk Pare Resto yang peluncurannya Maret 2024 oleh Rano Karno (saat itu masih Anggota DPR RI) menawarkan kerinduan pada udara segar pedesaaan. Sungguh sesuatu yang super megah. Pemandangan sawah, kelapa, dan puncak gunung Karang. Tak perlu dilukis. Sudah disediakan. Kita tidak hanya menikmati kulinernya saja tapi juga menikmati keindahan alamnya.

Siang ini, Sabtu 5 April 2025, saya dan keluarga menikmati makan siang yang penuh kekeluargaan ditawarkan Ade Irawan. Kami bertemu dengan pemiliknya, Ade Irawan, aktivis anti korupsi yang pernah bergabung di Indonesian Corruption Watch – sekarang Direktur Utama Visi Integritas. Kami kawan seperjuangan melawan para koruptor di Banten. Kebetulan Ade sedang berulang tahun. Sebagai Duta Baca Indonesia, kami menghadiahi 2 buku; Peti Mati Koruptor dan Negeri Permen.

Terima kasih, Kang Ade. Hidangan makan siangnya di Pucuk Pare Resto yang bergelimang kemewahan. Sekali makan, rasanya lidah nagih lagi. Tak ternilai harganya ketika oksigen yang berhembus dari Gunung Karang, kami hirup hingga dada ini penuh.

Setelah makan siang, penutupnya beragam. minuman segar dan kudapan renyah. Ayo, saat akhir pekan, datang dan mampir makan-minum di sini, Pucuk Pare Resto.

*) Gol A Gong/Foto-foto dok.pri

Link video di:

Please follow and like us:
error71
fb-share-icon0
Tweet 5

ditulis oleh

golagong

Duta Baca Indonesia 2021-2025 - Penulis 125 buku - Motivator Menulis - Pendiri Rumah Dunia